44

215 19 12
                                    

Hari yang tidak di harapkan oleh siapapun kini telah tiba.

Perceraian akan di mulai hari ini.

Rin keluar dari mobilnya di dampingi papanya dan juga kakaknya.

Sementara di tempat lain Name enggan untuk keluar dia tidak bisa berhenti menangis berharap ini tidak akan terjadi.

Rin menatap langit menurut nya cukup terang.

Rin memejamkan matanya sejenak lalu menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya.

Papanya mengusap punggung Rin mencoba membuat anak keduanya ini tegar.

Ayah Name dan kenyu baru keluar dari mobil sambil mendampingi Name.

Name menatap Rin dengan tatapan memohon agar dia membatalkannya.

Rin bisa merasakan atmosfer berat di sekitar mereka. Beban situasi dan emosi yang saling bertentangan terasa jelas di udara. Dia bertemu dengan tatapan memohon Name, matanya diam-diam memohon padanya untuk menghentikan semua ini. Namun, Rin tidak bisa mundur sekarang, mereka sudah melangkah terlalu jauh dan melewati titik yang tidak bisa kembali.

Kenyu dan ayah Name menatap Rin dengan penuh kekecewaan dan pengkhianatan. Pemandangan itu membuat hati Rin sakit, tetapi dia tetap pada pendiriannya, menatap mereka dengan perasaan bersalah dan tekad yang bercampur aduk.

Name ingin ke tempat Rin tetapi kenyu menahannya memilih mengarahkan sang adik menuju gedung.

Name menatap Rin sambil terisak semudah itu kah mereka berpisah padahal dulu mereka telah menjalani pernikahan selama tujuh tahun kini harus berakhir.

Rin bisa melihat kesedihan di mata Name, dan itu sangat menyakitkan baginya. Dia telah berbagi begitu banyak kenangan berharga dengannya selama tujuh tahun, dan sekarang tampaknya semuanya hancur berantakan.

Ia mengepalkan tangannya erat-erat, berusaha mengendalikan emosinya. Meski kesakitan, ia terus berjalan, langkahnya berat dan mantap.

mereka memasuki ruang sidang, kenyataan situasi semakin terasa. Ini benar-benar akhir dari kehidupan yang telah mereka bangun bersama. Rin duduk, bahunya menegang, dan hatinya terasa berat. Saat persidangan dimulai, pikirannya melayang, mengingat kenangan yang telah mereka lalui bersama dan cinta yang pernah mereka miliki.

Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menoleh ke arah Name, melihat air mata mengalir di wajahnya. Pemandangan itu menjadi pengingat yang jelas akan rasa sakit yang mereka berdua alami. Meskipun sedih dan menyesal, Rin tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ini harus dilakukan.

Rin melirik Sae, kakak laki-lakinya, dan teringat janji yang pernah diucapkannya kepadanya. Rin telah setuju untuk melepaskan Name demi Sae.

Pikiran itu membebani pikiran Rin, menambah emosi yang sudah rumit yang berkecamuk dalam dirinya. Dia tak dapat menahan perasaan bersalah, penyesalan, dan rasa pasrah yang bercampur aduk.

Sae tersenyum pada Rin dan meletakkan tangannya di bahunya, Rin tak dapat menahan rasa nyaman sekaligus sakit. Ia menghargai dukungan saudaranya, tetapi di saat yang sama, hal itu mengingatkannya pada apa yang telah hilang darinya dan pengorbanan yang telah dilakukannya.

Proses dimulai, dengan hakim yang memimpin kasus perceraian. Rin duduk di sana, pikirannya diliputi emosi saat ia mendengarkan formalitas dan ketentuan hukum yang dibahas. Setiap kata yang diucapkan terasa seperti paku lain di peti mati hubungannya dengan Name.

Baik Rin maupun Name terkejut ternyata hakim yang menghadapi mereka adalah Ayumi kini sedang tersenyum puas.

Sepertinya takdir sedang mempermainkan mereka.

Lost everything | Itoshi brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang