40

192 20 7
                                    

Usia kandungan Name memasuki Minggu ke enam.

Selama dua Minggu ini Name mengurung diri dalam kamar bahkan kandungannya pun melemah.

"Name... Makan dulu yuk" ucap Rin di depan pintu kamarnya sambil memengang piring berisikan nasi kare buatannya.

"Rin makan duluan aja, name gak lapar" jawab Name sambil mengurung diri dalam selimut dan jawaban itulah sering name ucap kan setiap harinya.

"Kamu harus makan banyak Name, ga kasihan Ama kandungan kamu?"

"Nanti Name makan" balas Name enggan keluar dari persembunyian nya.

Rin menghela nafas lalu terdengar suara pintu terbuka ternyata Sai membukanya.

"Ayah..." Panggil sai berlari ke arah Rin lalu memeluknya.

"Sai makan siang yuk" ucap Rin, Sai pun mengangguk.

"Tapi sai mau makan sama mama" ucap sai dengan ekspresi sedih berharap kali ini name mau makan bersama nya, apalagi name akhir akhir ini jarang bersama sai memilih mengurung diri di kamar.

Sai mengambil piring dari tangan Rin lalu berlari ke arah Name.

"Mama ayok kita makan" ucap Sai sambil tersenyum.

Name membuka selimutnya dia melihat sai lalu menatap Rin ternyata di belakang Rin ada seseorang paling dia benci di dunia.

"Sai bisa kan makan sendiri atau makan sama ayah saja" ucap Name kembali menutupi dirinya di balik selimut.

Sai menghela nafas dia berjalan ke arah keluar tanpa berbicara dengan Rin langsung ke dapur untuk makan sendiri.

Sae memperhatikan interaksi antara Rin dan Name semakin memburuk.

"Masih marah?" Tanya Sae kepada Rin.

"Pikir aja sendiri" balas Rin dingin langsung ke dapur mengambil makanan untuk Sai.

Sae membuka sedikit pintu kamar Name melihat Name masih mengurung diri di dalam selimut.

Sae mendengar Isak tangisan Name, merasa bersalah tapi dia tidak mau mengalah, sae juga menginginkan Name, seandainya bukan karena perjanjian itu mungkin sae bisa datang mendekati Name lalu memeluknya dalam dekapannya.

Sae mengelus dadanya sampai kapan dia menunggu agar bisa bersama dengan Name.

Sembilan bulan bukan lah waktu sedikit bagi sae, Sae harus menahan diri agar tidak menyentuh Name agar setelah masa itu berakhir dia bisa memiliki Name sepenuhnya.

"Kau dari awal memang milikku Name" Sae langsung menghampiri Rin di dapur.

"Rin pinjem toilet ya" tanya Sae Rin langsung mengangguk sambil menyuapi sai makan.

Saat Sae hendak memasuki kamar mandi itu Name lebih dulu masuk tanpa menoleh ke arahnya dia membuka penutup WC lalu memuntahkan isi perutnya.

"Sai bisa kan makan sendiri ayah mau ke mama dulu" ucap Rin.

"Iya ayah sai bisa sendiri kok, kan sai udah gede..." Jawab sai membuat Rin terkekeh dia mengelus rambut Sai.

"Anak pinter kalau begitu ayah ke belakang dulu nak"

Rin langsung berlari ke kamar mandi setelah mendengar Name muntah-muntah.

Sae melihat Name muntah dia hendak mengusap punggung nya tapi di tahan oleh Rin sambil menatap nya dengan tajam.

"Biar aku saja" ucap Rin dingin.

Rin pun dia mengusap punggung Name.

"Hoek" Name terus muntahan dan begitu pula dengan Rin terus mengusap punggung Name.

Lost everything | Itoshi brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang