5

175 24 19
                                    

Jeannete dan Jonathan sedang sibuk sendiri-sendiri dengan ponsel dan tab milik mereka, yang satu sedang mendengarkan serius penjelasan seorang disebrang telepon, yang satu sedang menatap latar tab nya dengan alis mengkerut. Sampai sapaan lantang dari arah pintu sedikit menarik atensi mereka. tapi hanya sedikit karena nyatanya mereka kembali fokus lagi.

Seseorang dengan pakaian merah hati yang tadi menyapa sekarang berkacak pinggang, menatap pada dua manusia –yang menurutnya sedang- sok sibuk itu.

"Sombong banget sibuknya sampe Ibu nyapa nggak dibales...."

Jonathan hampir melempar tab ditangannya jika tidak ingat orang itu adalah ibunya, lagipula siapa yang membuat dirinya dan Jeannete jadi sibuk begini? Jelas Nyonya Nirbita Ratih Alexander orangnya.

"Ya kira-kira siapa yang bikin kita jadi sibuk begini coba? Mandat siapa yang dua minggu lalu disahkan di ruang makan itu? Siapa Mba tanya Bu?"

"Loh kok jadi Ibu? Kan kita sepakat kerja sama Mba....." Nyonya Ratih sudah duduk disamping Jonathan sambil melongokkan kepala mengintip pekerjan putranya.

"Iya, kami yang kerja Ibu yang bilang 'sama-sama.... Silakan dinikmati pestanya...' begitu kan?" Jonathan menghembuskan nafas panjang namun setelahnya mengulurkan tangan untuk salim dan mencium pipi halus ibunya, disusul dengan Jeannete setelahnya.

"Iyap betul..... sudah professional Abang jadi anaknya ibu....." Nyonya Ratih terkekeh setelahnya. Wanita dengan gaya rambut pendek khasnya itu memang sangat unik nyerempet nyentrik. Tetap cantik dengan pembawaannya yang cukup jenaka, kesan anggun masih tetepa bisa melekat pada Beliau.

"Gimana Abang, Mba? Udah berapa persen beresnya?"

"Per siang ini udah hampir sembilan puluh persen sih Bu....." itu suara Jonathan.

"Syukur deh.... Makasih banyak ya bantuannya, Ibu sukses mantau doang nih ini...."

"Duuuuh.... Mba capek banget Bu ngurusin semuanya..... " Jeannete mengadu pada Ibunya lalu mendusal dengan bibir manyun. Nyonya Ratih hanya tersenyum dan membalas pelukan putrinya sambil mengusap rambut panjangnya. Anak-anaknya memang paling bisa diandalkan.

"Enak banget ya jadi Tukiman itu.... Dia yang mau nikah Jo sama Je yang ngurusin, dianya tinggal nikah doang..."

"Heh, jangan ganti-ganti nama anak Ibu ya Bang"

"Ini tuh keliatan banget loh Bu pilih kasihnya Ibu ke kita berdua sama Jeff, Jeff mulu yang Ibu belain perasaan... Ibu apa nggak ada perasaan bersalah sama kita berdua?"

"Enggak tuh..... soalnya Jeff sukses ngasih Ibu mantu, mana cantik banget lagi anaknya. Duuuuh ibu nggak sabar pengen cepet mereka nikah."

"ibu mah!" Jeannete dan Jonathan sukses berteriak tidak terima.

Nyonya Ratih tertawa, "Udah.... Nanti habis ini beres, Ibu kasih hadiah liburan sebulan."

"Beneran?"

"Serius, Ibu tambahin lagi duitnya kalo kalian bawa pacar sekalian waktu liburan. Gimana?"

Dua anak itu saling tatap. Boleh juga, ntar habis sibuk ini baru mereka cari pacarnya. Kapan lagi dikasih cuti sama Bapak kalo bukan lewat Ibu gini. Haha.... Kesempatan langka, harus diambil!

"Oke deal, kemana kita Je?"

"Pikir nanti, kita beresin yang ini dulu.... "

Jika Tuan Ghani merasa bahwa kejadian ini sebagai aib, Nyonya Ratih sama sekali tidak begitu. Beliau merasa kehamilan Dayita dan pernikahannya dengan Jeffrian merupakan kejutan yang sangat menyenangkan. Nyonya Ratih benar-benar tidak sabar menunggu hari, bagi Nyonya Ratih, Dayita itu sangat cantik, dia juga langsung mendapatkan cucu pula dari Omega manis itu, sangat-sangat membahagiakan sekali rasanya. Jangan diartikan Nyonya Ratih mendukung penyimpangan social, tetap saja yang dilakukan putranya keliru, Beliau mengakui putranya bersalahdan tidak membela sedikitpun, anak itu harus bertanggungjwab sendiri soal rumah tangganya nanti. Terutama memenangkan hati Dayita yang jelas seklai terlihat enggan disini. Tapi bagian menimang cucu, orang tua mana yang tidak mau? Itu cita-citanya sejak lama, dua anak pertamanya saja yang payah! Huh.

VIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang