Apa yang Dayita pikirkan? Tidak ada. Apa yang dia khawatirkan? Tidak tau. Apa yang membuat Dayi tidak nyaman? Tidak ada, dia baik-baik saja dengan semuanya.memangnya apa? Hidupnya yang sekarang menyenangkan. Suaminya yang semula merupakan orang asing, orang yang sebelumnya Dayi kira akan tetap saja asing dan tidak banyak merubah hidupnya ternyata malah jauh berbeda dengan perasangakanya. Suaminya itu ternyata membuatnya nyaman dan bahkan merasakan perasaan menyenangkan yang Dayi tidak tau bagaimana harus menamainya. Yang jelas Dayi menyukai perasaan itu. Dan yang paling menyenangkan ternyata adalah dia yang ternyata berbunga-bunga dengan banyak perlakuan manis suaminya, juga usaha suaminya untuk –ya katakana saja- meluluhkan hatinya.
Lalu sekarang apa? Kenapa dengan perasaan Dayi sekarang? apa yang dia rasakan sebenarnya? Kenapa dia tidak bisa menahan dirinya untuk menyalahkan diri sendiri? Merasa bahwa apa yang dikatakan dokter Anggun waktu itu adalah kesalahannya. Padahal satu sisi lain dari dirinya bisa mengerti bahwa apa yang terjadi pada tubuh dan bayinya merupakan sebuah keadaan, bukan kesalahan. Dayi tidak seharusnya menyudutkan dirinya sendiri untuk hal ini. Saat jam konselingnya pun dikatakan jika anak dalam perutnya merupakan tanggung jawab ayah dari bayinya juga. Dayi tidak seharusnya memikirkan ini sendirian dan berakhir menyudutkan diri sendiri. Bagaimanapun hal itu justru akan memperkeruh keadaan kedepannya. Dayi tidak mengerti. Dia hanya tidak bisa atau belum bisa mengendalikan dirinya sendiri kadang-kadang. Selalu merasa bersalah untuk hal –yang jika dipikirkan kembali- bukanlah salahnya sama sekali.
Dayi masih belum bisa menempatkan dirinya untuk tidak merasa bertanggungjwab untuk apa yang trerjadi di dunia. Atau setidaknya sesuatu yang sudah terjadi atau sesuatu diluar kendalinya. Dayi hanya tidak mengerti bagaimana untuk keluar dari lingkaran yang ia buat sendiri. Dan itu yang membuat dirinya sendiri sakit sekarang.
Lalu hal paling buruk yang selalu terjadi saat Dayi tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri adalah Dayi yang kehilagan kesadaran. Saat ketakutannya memuncak tanpa bisa dia kendalikan, saat bayangan Ayah yang menyalahkan dirinya dan Dayi yang tenggelam dalam perasaan bersalahnya. Tubuhnya terasa menggigil, semua jengkal dari tubuhnya terasa perih dan semuanya menjadi dingin. Dayi hanya sendirian tanpa bisa meminta bantuan pada siapapun.
Dan saat sore itu ternyata dirinya pingsan dan mengigau, suaminya mendengarkan semua yang dia katakana. Sesuatu yang sebenarnya ingin Dayi simpan sendirian.
Seseorang memanggil namanya. Panggilan yang tadinya terdengar jauh perlahan datang mendekat, juga dengan elusan lembut yang perlahan Dayi rasakan pada pipi lalu rambutnya. Gerakan halus yang menyenangkan. Membuat Dayi merasa nyaman. Oh, apa dirinya sedang tidur tadi? Rasanya justru semakin nyaman. Dayi malas sekali membuka mata.
"Sayang... bangun dulu, udah sore..... bangun, hmm?"
Rlusan itu masih berlanjut dikepalanya, disusul dengan ciuman ringan dikeningnya. Perlahan Dayi membuka matanya, disuguhkan dengan rahang tegas suaminya sebagai pemandangan pertama yang ditangkap matanya.
"Males banget tau Mas..... tidur lagi aja yuk...." Dayi mengeratkan pelukannya pada tubuh suaminya. Yang justru mengundang kekehan kecil dai Jeff.
"Udah sore... nanti kamu kelamaan tidurnya ntar malem malah nggak bisa tidur..." Jeff membetulkan poni yang menutupi wajah cantik istrinya. Ah memang cantik sekali istrinya ini. Jeff sungguh cinta sekali rasanya. "Kamu nggak laper emang? Mending bangun terus kita makan...."
Dayi mendongak menatap suaminya lalu memanyunkan bibir. "Kamu piker kerjaanku Cuma napas, tidur, makan doing Mas?? Apa dikit nyuruh aku makan doang kamu...."
Dan dengan jahil Jeff malah mencapit bibir Dayi yang sedang manyun itu, menimbulkan jerit tertahan Dayi dibalik bibirnya. Setelah Jeff melepaskan jarinya dari bibir Dayi, dia mendaratkan beberapa ciuman kupu-kupu dibibir istrinya. Ah romantis kan pasti mereka . "ya harusnya mah orang hamil itu laperan mulu kan... kan yang makan dua orang, jadi makan yuk..." oh astaga, sepertinya Jeff tidak sadar dirinya sudah tanpa sadar menyinggung perasaan Dayi. Terpujilah Dayi yang kelewat pandai menyembunyikan raut muka yang sedikit terisnggung oleh perkataan Jeff. Lagipula siapa yang merencanakan seperti ini? Dayi juga mau kok menjadi seperti orang hamil kebanyakan diluar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
VION
Fanfictionjika ada hari esok yanglebih baik dan kau bisa membawaku kesana, aku ikut denganmu ~Dayi dia terpaksa tumbuh dengan tekanan kuat dari seorang Alpha, terpaksa tumbuh menjadi seorang yg ketakutan pada para Alpha, tapi malam itu dunia seperti sengaja m...