bagian 29

432 42 3
                                    

Empat bulan telah berlalu dengan Tin yang terus melakukan penelusuran guna mencari keberadaan orang tua Pavel di Verona, Tin mencari di segala bandara juga tempat yang ada di kota itu namun Nihil, tidak ada riwayat keberangkatan atas nama dua orang itu dan juga Tin sudah bertanya pada sekretaris yang ada di perusahaan Fedrico dan Shanley namun mereka menyatakan bahwa terakhir kali dua orang itu bilang akan ke Washington untuk menemui Pavel, namun jika benar mereka kembali namun mengapa Fedrico dan juga Shanley tak kunjung datang? Tin tak menyerah begitu saja perasaan nya mengatakan bahwa ia pasti bisa menemukan keberadaan orang tua Pavel secepatnya.

Tin menyandarkan tubuh lelah nya di sofa ruang tengah Villa yang ia tempati selama di Verona. Menghela nafas panjang serta netra nya menerawang ke arah luar jendela. Akhir-akhir ini ia terus memikirkan Pavel yang saat ini tengah belajar di belanda, walau ia tau Alston akan menjaga Pavel dengan baik dan juga Alston terus melaporkan setiap kabar tentang Pavel selama ini, terkadang hatinya berdenyut nyeri merasakan sesak di dada yang terus hadir menghantam dirinya ketika Alston mengatakan Pavel sering kali menangis sendirian di kamar dan semua itu adalah karenanya. Pavel tidak salah jika memiliki perasaan pada seseorang tapi mengapa harus padanya? Sedang Tin sendiri saja tak pernah berpikir sekalipun untuk melangkah jauh tentang hubungan di antara mereka berdua.

" tidak ada jejak informasi apapun yang ku temukan hari ini " ujar Devano yang baru saja masuk dan ikut mendudukkan dirinya di sofa tepat di hadapan Tin.

Devano menuangkan Wine ke dalam gelas kristal kemudian menghabiskan nya dalam sekali tegukan. Selama ini Devano turut serta dalam pencarian yang di lakukan oleh Tin, ia mencari di segala tempat yang Tin perintahkan padanya, walau ia sendiri ragu akan menemukan petunjuk disana, entah apa yang Tin harapkan dengan tetap berada di Verona sedang ia sendiri tau bahwa Fedrico dan Shanley terlihat di Verona sekitar dua tahun yang lalu, sungguh hal mustahil jika bisa menemukan mereka pikirnya

" ku pikir semua ini sudah cukup Tin, kita tidak akan mendapatkan apapun disini "

Tin membenarkan posisi duduk nya menatap Devano yang sibuk menghidupkan mancis untuk membakar sebatang rokok

" aku sudah mencari di segala tempat, bahkan jalur laut sekalipun namun ini semua nihil, sebenarnya apa yang kau harapkan di tempat ini hah? " ujar Devano lagi ketika tak mendapatkan jawaban apapun dari pria di hadapan nya.

" entahlah, aku hanya merasa bisa menemukan mereka disini "

" faktanya kita tidak mendapatkan apapun selama beberapa bulan Tin "

" kau benar " Tin menyenderkan kembali punggung nya sembari memijat pangkal hidung nya saat rasa pening kembali menyambar

" aku tidak tau lagi harus mencari dimana, semua tempat sudah ku datangi namun hasilnya masih sama " lanjutnya

" apa paman dan bibi mu memiliki musuh? Seperti pernah punya masalah dengan seseorang sebelum ke Swiss? " tanya Devano

" tidak, mereka orang yang baik bahkan para kolega yang bekerja sama dengan nya tidak pernah memiliki masalah apapun "

Devano menyamankan kembali tubuh di sofa, berbaring disana dan menerawang ke arah langit-langit plafon.

Tin beranjak dari duduk nya, melangkah ke arah pintu luar, Devano yang melihatnya ingin pergi juga hanya melirik sesaat kemudian kembali menatap langit-langit plafon. Hingga beberapa menit kemudian terdengar suara mobil yang meninggalkan halaman villa.

Mobil hitam mewah terlihat beraung membelah keheningan malam di sepanjang jalan kota Verona itu. Pikiran Tin kacau saat ini, seolah putus asa dengan semua yang sudah ia kerahkan bahkan sudah hampir satu tahun ini semenjak menghilang nya orang tua Pavel. Suatu hal yang sulit untuk di pahami sebab tidak ada informasi apapun yang bisa ia temukan selama ini, kedua orang tua Pavel menghilang bak di telan bumi dan kehadiran nya tak pernah ada selama ini.

Beberapa jam berlalu dan mobil Tin sudah terparkir tepat di depan pagar yang menjulang tinggi, Tin melangkah masuk dan membuka pintu pagar besi kediaman orang tua Pavel itu. Seolah tak menyerah dengan hal yang memang tetap sia² Tin terus saja mengunjungi rumah yang sudah kosong selama dua tahun ini, di dalam sana tidak ada apapun yang bisa ia temukan sebagai petunjuk untuk menemukan orang tua Pavel. Di dalam sana hanya ada ruangan kosong dengan banyak perabotan lengkap juga figura yang berisi foto semasa bayi Pavel, pipi yang bulat, mata yang indah dengan di lengkapi iris coklat menyala benar-benar membuat Tin larut dalam wajah menggemaskan omega yang sudah bersama dengan nya selama ini. Tin menarik sudut bibir nya hingga membentuk sebuah senyuman, selang beberapa detik kemudian senyum itu luntur dan berganti dengan raut wajah datar dingin namun sedih milik Tin.

" sebenarnya kalian ada dimana? Tidakkah kalian merindukan putra kesayangan kalian? " ujar Tin pada sebuah figura Shanley dan Fedrico di dinding atas sana.

Seusai dengan hal yang ia lakukan tadi, dengan hanya melihat foto keluarga Pavel itu, Tin berniat kembali menuju Villa nya, namun sesaat setelah ia menutup pintu pagar besi itu ia di kejutkan dengan kehadiran wanita paruh baya yang pernah ia tanyai soal informasi tentang orang tua Pavel. Wanita itu terkekeh pelan dan meminta maaf sebab membuat Tin terkejut sembari menampilkan senyum hangat miliknya.

" maaf  karna telah mengejutkan mu Nak " ujar wanita itu

" tidak masalah nyonya " balas Tin

Wanita itu mengangguk pelan dan melihat ke arah rumah besar itu dan tersenyum untuk beberapa detik sebelum ia kembali menatap wajah Tin yang ada di depannya saat ini.

" hari sudah malam sebaiknya kau pulang nak, berhati-hati lah saat berkendara, raut wajah sedihmu terlihat begitu mewakili tentang tubuh lelah mu "

Tin hanya membalas ucapan wanita itu dengan sedikit senyuman sebelum ia melangkah pergi menuju mobilnya yang masih terparkir tak jauh dari tempat ia berada.

Malam ini hawa cukup dingin hingga menembus pori-pori kulit Tin, pikiran Tin menerawang entah kemana namun pandangan nya masih terfokus pada jalanan yang ada di depan, apa sebaiknya ia menyudahi saja pencarian nya yang ada di Verona kali ini? Jika ya lalu harus kemana lagi ia nanti, sedang sudah banyak tempat yang ia kunjungi dan semuanya berakhir sama.

Lamunan Tin berakhir sebab suara dering ponsel membuyarkan nya, layar ponsel menunjukkan nama Devano disana, tanpa berlama-lama lagi ia langsung meletakan benda pipih itu di telinganya.

📞 " TIN KEMBALI SEKARANG JUGA! "

Perfect hubby is my favorite brother ( PoohPavel ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang