bagian 32

629 37 10
                                    

Itali/Verona.

Tin duduk di ruang tunggu dengan Devano yang saat ini berdiri di hadapan nya sedang beberapa pengawal terlihat berjaga di luar sana. Tin menyatukan kedua tangannya sebagai penopang dagu, kaki nya tak berhenti menghentak ke lantai. Pikiran Tin kacau, malam itu disaat ia kembali dari kediaman orang tua Pavel, Devano meminta dirinya untuk segera kembali sebab ada petunjuk yang baru saja di temukan oleh salah satu orang suruhan Devano. Sebuah informasi tentang pesawat pribadi yang jatuh di tengah hutan dan lokasi nya juga sangat jauh dari pemukiman dan jangkauan orang-orang. Tak hanya bangkai pesawat saja yang ada disana, telah di temukan dua jasad dengan kondisi sudah membusuk dan di penuhi dengan belatung tengah tergeletak di dalam pesawat itu.

" Sial, apa mereka butuh waktu selama ini hanya untuk mencari tau jasad siapa itu hah?! " Umpat Tin frustasi dan langsung berdiri hendak menghampiri dokter yang bertanggung jawab mengatasi jasad yang Tin dan orang-orang nya bawa ke rumah sakit malam itu.

" tenangkan dirimu, biarkan mereka bekerja dan tunggulah disini. " ujar Devano yang dengan sigap menarik lengan Tin untuk kembali duduk.

Tin mengusap wajah nya kasar, merasa akan gila jika harus menunggu lebih lama lagi sedang tadi para dokter menelpon bahwa hasil autopsi akan keluar hari ini. Namun sejak dua jam yang lalu Tin bahkan sudah menunggu disana dan dokter tak kunjung keluar dari ruangan tertutup di ujung lorong sana.

" akan ku bakar rumah sakit ini jika mereka belum juga memberi infomasi padaku dalam waktu 5 menit lagi " ujar Tin geram, bahkan urat-urat leher nya mencuat.

Devano hanya bisa mengela nafas berat, ia paham kekhawatiran yang saat ini Tin rasakan, apalagi saat itu pesawat yang mereka temukan memiliki inisial FSP di depannya. Yang dimana Tin sangat yakin bahwa pesawat itu adalah milik Fedrico dan Shanley.

5 menit berlalu dan Tin tidak kunjung mendapatkan surat hasil pemeriksaan di tangannya, disaat kesabaran nya sudah habis ia langsung melangkah kakinya menuju pintu hendak menghampiri ruang autopsi di ujung lorong itu, namun untung saja sesaat setelah Tin membuka pintu, dokter yang bertanggung jawab sudah ada di depannya dengan membawa amplop putih yang berisi hasil pemeriksaan.

Tin menarik cepat amplop itu saat sangat dokter menyodorkan nya dengan tangan gemetar saat menatap wajah datar Tin juga mata nya yang sangat tajam dan gelap seperti akan memakan seseorang. Dokter itu seperti nya membuat sebuah kesalahan sebab membuat seorang Krittin Neville menunggu lama. Jika saja saat ini Tin sedang tidak sibuk dengan semua yang terjadi bisa saja rumah sakit tempat dokter itu bekerja ia hancurkan saat itu juga.

Tin membuka amplop itu, menarik selembar kertas putih keluar kemudian membacanya dengan teliti, kata demi kata Tin baca tanpa melewati satu bait pun. Netral Tin membulat, pikirannya semakin kacau, nafasnya seketika tersenggal seusai membaca hasil autopsi itu. Bahkan Devano bisa melihat raut wajah yang tidak biasa dari Tin, raut wajah yang penuh kekhawatiran melebihi beberapa menit yang lalu

" bagaimana? " tanya Devano yang juga penasaran dengan hasil autopsi itu.

Tin tidak menjawab ia hanya terduduk lemas sambil menundukkan kepala serta mencengkram rambutnya dengan kuat. Melihat respon Tin itu Devano mengambil kertas yang ada dalam genggaman Tin dengan cepat. Ikut membaca isi yang ada di dalam surat hasil autopsi itu.

" itu jasad paman Fedrico " ujar Tin dengan nada yang terdengar tenang namun penuh ketakutan.

Devano menepuk pelan pundak Tin yang masih tertunduk menatap lantai dingin rumah sakit.

" jasad kedua nya adalah laki-laki, salah satu nya berumur 48 tahun dan saya sudah memeriksa data-data yang Tuan berikan kemudian mencocokkan nya dengan hasil lab, dan itu benar adalah Tuan Fedrico Casley " ujar dokter yang masih berdiri di depan pintu.

Jantung Tin berdegup begitu kencang nya, kepala nya pusing dengan pandangan yang seketika menerawang, jasad yang di temukan adalah ayah dari Pavel dan satu nya lagi mungkin asisten atau pilot dari pesawat pribadi itu. Lalu dimana Shanley saat ini?

Devano yang paham dengan bagaimana perasaan Tin saat ini hanya bisa berusaha membuat Tin tenang dengan cara menepuk serta mengelus punggung Tin secara perlahan, dapat di lihat dari bagaimana terdengar nya suara helaan nafas yang terus saja begitu berat yang Tin keluarkan.
Tin mengangkat kepalanya kemudian menyandarkan punggung lelah miliknya di sandaran kursi rumah sakit. Memijat alis nya ketika rasa pening tak kunjung hilang bahkan semakin bertambah, kenapa semua semakin rumit sekarang? Apa yang harus Tin lakukan setelah ini? Juga bagaimana caranya mengatakan semua ini pada Pavel, tak hanya itu saja bahkan Shanley pun belum di temukan.

" Bagaimana selanjutnya? " ujar Devano beberapa saat kemudian setelah di rasa Tin cukup tenang sembari memberikan segelas air minum.

" Tentu saja mencari ibu Pavel, apa orang-orang mu sudah menemukan hal lain di hutan? "

Devano menggeleng pelan bersamaan dengan Tin yang seketika kembali menghela nafas nya berat.

" Kita kembali, kau butuh istirahat sekarang " ujar Devano yang masih berada di samping Tin

" Aku baik-baik saja, kita ke kantor polisi sekarang "

" Sudahlah serahkan saja semuanya padaku. Kau tampak sangat kacau hari ini "

Tin menatap dirinya pada sebuah kaca lemari yang ada di ruangan itu, cukup jelas bahwa Tin benar-benar tampak kacau saat ini dan semua itu tentu saja pasti sebab sudah sejak semalam Tin bahkan tidak tidur hanya untuk menunggu hasil dari pemeriksaan keluar. Tin berdiri membenarkan kemeja nya kemudian melangkah keluar hendak meninggalkan rumah sakit. Sebelum itu ia menghentikan langkah kakinya dan beralih menatap Devano yang terlihat akan mengikuti dirinya.

" Urus semuanya dan pastikan berita ini tidak akan tersebar di media manapun "

Devano hanya mengangguk, ia cukup mengerti dengan pemikiran Tin. Namun di balik itu semua Devano sedikit merasa khawatir, dari apa yang Tin perintahkan sudah bisa di tebak bahwa ia berencana merahasiakan berita besar ini dari Pavel lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect hubby is my favorite brother ( PoohPavel ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang