Verona.
Tin, Devano dan beberapa orang-orang terpercaya nya tengah berada di sebuah kota yang terletak di Italia. Jalanan yang ramai dengan para orang berlalu lalang juga kendaraan yang melaju kesana kemari, mobil mewah milik Tin menguasai sepanjang jalan raya itu.
hingga beberapa saat berlalu dan Tin kini berdiri tepat di sebuah rumah mewah nan megah dengan cat putih juga terdapat khiasan patung kuda tepat pada pagar pintu masuk gerbang rumah itu." aku tidak pernah tau bahwa orang tua Pavel punya rumah di Verona, apa kau tau Tin? " tanya Devano sembari berlalu lalang di depan pagar besi yang menjulang tinggi itu.
Tin menggelengkan kepala nya, ia menatap seksama rumah besar yang saat ini ada di hadapan nya, sebuah ingatan tidak asing terlintas di benak nya saat ini, seakan ia pernah melihat sketsa rumah ini di suatu tempat yang entah dimana, hingga beberapa menit berlalu ia berfikir keras mencoba mengingat nya, kini ia tau rumah itu sangat mirip dengan yang Pavel pernah gambar kemudian ia tunjukkan pada Tin.
" aku ragu ada orang yang tinggal disini " ujar Devano lagi kemudian menyenderkan punggung nya pada samping mobilnya.
Tempat itu sepi, tak terlihat seperti ada penghuni di dalam nya walau halaman dalam nya bersih dan tidak ada sampai namun di luar pagar terdapat banyak daun daun kering yang berserakan.
" jadi apa selanjutnya? " tanya Devano.
" masuk kedalam " jawab Tin singkat dengan memasukan satu tangan nya ke dalam saku celana di sebelah kanan.
" kita akan di teriaki pencuri jika asal masuk begitu saja "
" kau tidak lihat disini tidak ada siapapun? "
" lihat disana " balas Devano menunjuk ke arah belakang Tin, terdapat sebuah rumah kecil yang tak jauh berada dari lokasi rumah milik orang tua Pavel itu.
Tin mendatangi tempat itu hingga terlihat lah seorang wanita tua sedang menyapu halaman rumah kecil miliknya.
" permisi nyonya " ujar pria tegap berpakaian serba hitam yang tak lain adalah orang-orang milik Tin
Wanita itu tampak memundurkan satu langkah nya kebelakang sebab merasa takut dengan kehadiran seseorang yang menurut nya aneh.
" tidak perlu takut, tuan kami hanya ingin bertanya sesuatu pada anda " ujar orang itu lagi
" t-tuan? Siapa....? " jawab wanita itu dengan gagapnya.
Tin berjalan melewati para anak buah nya ke arah wanita tua itu berdiri.
" nyonya, apa anda mengenal pemilik rumah besar yang ada di depan itu? " tanya Tin
" rumah.... Besar? " jawab wanita itu mengernyit kan dahinya sebelum akhirnya ia tersenyum sehingga membuat Tin sedikit bingung.
" apa kau adalah putra dari nak Shanley dan Fedrico? " tanya wanita itu dengan senyum hangat nya, hingga tidak terlihat lagi raut wajah takut seperti sebelumnya.
" kau tampan.. Tidak cantik seperti yang mereka katakan " ujar wanita itu lagi yang kini beralih memasang wajah curiga pada Tin
" saya keponakan mereka, tidak perlu curiga sebab saya bukan orang jahat, saya disini sedang mencari bibi Shanley dan paman Fedrico. Anda tau nama mereka itu berarti anda mengenal keduanya "
" ya... Aku mengenal sepasang suami istri itu, mereka orang yang baik dan juga ramah.. "
Sedikit ada rasa lega di dalam hati Tin, seperti nya keputusan ia untuk datang ke Verona adalah keputusan tepat sebab mungkin akan mendapatkan sedikitnya petunjuk tentang keberadaan orang tua Pavel.
Guna membuat wanita itu berhenti curiga dan Tin juga tidak ingin membuat wanita itu ketakutan dengan kehadiran beberapa orang yang asing baginya maka Tin menyuruh seluruh orang-orang nya untuk meninggalkan ia juga devano bertiga dengan wanita itu, ketiga nya masuk ke dalam rumah kecil milik wanita itu, Tin dan Devano di sambut baik oleh wanita paruh baya itu dengan di hidangkan kopi juga beberapa cemilan. Namun tujuan Tin kesana tentu saja bukan untuk bertamu, hingga beberapa saat setelah wanita itu kembali dan duduk tepat di depan Tin juga Devano, ia langsung mengatakan apa tujuan nya yaitu itu menanyakan kabar terakhir tentang orang tua Pavel yang wanita itu ketahui. Sebab dari beberapa pembicaraan, wanita itu di ketahui cukup dekat dengan Shanley dan Fedrico sebagai tetangga.
" Nak Shanley dan Fedrico, mereka sudah lama tidak pernah kembali lagi ke rumah itu, sekira nya 2 tahun yang lalu " ujar nya
" apa mereka memberitahu kemana mereka akan pergi pada anda nyonya? " Devano mulai menginterogasi, sedang Tin hanya diam membiarkan Devano mengorek informasi dari wanita itu.
" aku sudah tua nak... Mungkin daya ingat ku terlalu buruk.. Tapi satu hal ku ingat adalah mereka bilang akan kembali ke Washington untuk bertemu dengan putra mereka "
Washington? Tapi mengapa mereka tak kunjung kembali selama beberapa bulan ini
-
-
-
-
TOK TOK TOK!!!
" TUAN!! TUAN!! " teriak Martha yang berlari dari dapur menuju ruang bagasi mendatangi Aslon yang saat ini tengah terlihat menelpon seseorang yang entah siapa.
Alston berbalik melirik ke arah Martha yang terlihat sedang mengatur nafas nya secara perlahan. Raut panik tergambar jelas di wajah Martha saat ini.
" T-tuan Pavel..... " ujar Martha dengan gagap
Tanpa mendengarkan penjelasan dari Martha Alston bergegas pergi masuk ke dalam, sedang Martha kembali berlari mengikuti langkah besar Alston yang berjalan masuk kedalam.
" tuan Pavel ada di kamar yang satunya... Siklus heat nya sudah tiba, s-saya khawatir... "
" kau sudah melakukan apa yang tuan krittin katakan dengan baik? "
" s-sudah.. Apa menurut anda tuan muda bisa melalui nya? Bukankah dengan seperti ini semua akan menjadi sangat sulit baginya.. "
Alston terdiam, tak ada yang bisa di lakukan oleh mereka berdua saat ini, Tin memerintahkan agar Pavel mengurung dirinya di kamar hingga heat nya berakhir, tak mungkin jika membiarkan Pavel mencari alpha di luar sana.
Sedang di dalam kamar itu, Pavel terlihat meringkuk di atas ranjang serta tubuh nya sudah di penuhi dengan keringat, Pavel meraba tubuh polosnya saat ini, ia sedang berada di puncak gairah nya, pandangannya buram seperti berada di antara sadar dan tidak, tubuh nya terasa sangat panas malam ini. Sensasi panas yang menyeluruh sedang dia rasakan di tubuhnya, membuat Pavel bergerak gelisah, wajahnya sudah memerah dengan suhu tubuh yang kian naik. Aroma asing itu mulai semerbak memenuhi seluruh ruangan kamar dengan minimnya pencahayaan.
Pavel mulai merasa tak karuan, miliknya menegang sempurna keringat nya mulai terlihat mengkilat di tubuhnya, Rasa sesak mulai memenuhi paru-paru nya. Pavel mencari cara lain dengan meraba tubuhnya sendiri menyentuh dengan perlahan miliknya sendiri. Hingga dia bisa menemukan sedikit kenyamanan, Pavel memelintir puting nya sendiri mengikuti instingnya. Pavel memejamkan matanya menikmati sentuhan tangannya sendiri, sampai dia tidak tahu lagi harus bagaimana mengejar semua itu. Kemudian Pavel mencoba untuk mengarahkan dua jarinya untuk dia masukkan ke lubang belakangnya.
Sedang di tempat berbeda Tin sibuk menelusuri sudut rumah besar itu, ya! Tin berada di dalam rumah milik orang tua Pavel, namun entah mengapa pikiran nya saat ini terasa sangat khawatir, seperti sesuatu sedang terjadi. Namun Tin mencoba mengabaikan nya dan terus memeriksa setiap ruangan besar itu. Hanya ada foto-foto di dinding, wajah cantik Pavel yang masih bayi terlihat sangat tenang dalam gendongan ibu nya dan pelukan sangat ayah, rasa sesak khawatir bersalah juga takut terus menyelimuti dirinya saat ini, bagaimana jika Tin tidak dapat menemukan orang tua Pavel dan harus mengatakan yang sebenarnya pada Pavel nanti? Tak bisa terbayangkan betapa sedih juga hancur nya hati Pavel.
Apa aku harus terus menyembunyikan semua hal ini darinya? Tapi sampai kapan..
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect hubby is my favorite brother ( PoohPavel )
Roman d'amourcerita ini mengisahkan tentang seorang pria cantik bernama Pavel phoom yang jatuh cinta pada pria tampan yang tak lain adalah kakak nya sendiri. " kak Tin! menikahlah dengan ku " " kau hanya adik bagiku " WARNING!!!⚠️ - lapak bxb - PoohPavel Do no...