04: Berbeda

1.7K 132 12
                                    

Hampir saja mulut Jazzki berteriak ketika mendapati kembarannya masih tertidur pulas. Namun beruntung Jazzki ingat jika bisa saja Joanna terkena serangan jantung apabila ia meneriaki anak itu seperti meneriaki adik kelasnya ketika makrab pramuka.

Jazzki menyipitkan mata melihat wajah pucat Joanna. Kemudian Jazzki menempelkan telapak tangannya di atas kening Joanna.

"Jangan bilang Mama."

Jazzki reflek terkejut mendengar suara serak Joanna tiba-tiba. Ia kira Joanna belum bangun.

"Lo udah bangun?"

Joanna mengucek matanya lalu perlahan mendudukkan dirinya. Ia mengerjap beberapa kali sampai bayangan Jazzki terlihat jelas di matanya.

"Nggak bisa tidur?" tanya Jazzki.

Joanna menggeleng.

"Lo sakit?" imbuh Jazzki melihat raut wajah Joanna.

"Gue udah bangun dari tadi, cuman males ninggalin kasur," ujar Joanna sembari meringis memegangi dada.

"Kalau sakit nggak usah berangkat aja sekalian," ucap Jazzki.

"Gue nggak sakit." Joanna berdiri menyambar handuknya.

"Tapi badan lo anget, Jo."

"-gue bilangin Mama ya, keburu pada berangkat kerja," ujar Jazzki khawatir melihat Joanna mulai memijit dada.

"Gue nggak papa!" sergah Joanna menurunkan tangannya dari atas dada.

"-gue siap-siap sekolah sekarang, kalau sampai lo bilang ke Mama atau Papa awas lo...!" 

"Jo kok lo gitu sih?!"

"Biarin aja mereka berdua kerja, jangan sampai cuman gara-gara ngurusin gue Mama atau Papa sampai telat berangkat kerja lagi," ujar Joanna sambil melangkah ke kamar mandi.

Mendengar Joanna belum bangun saja Jazzki sudah merasa pasti ada yang tidak beres dengan kembarannya itu. Ternyata benar, ketika masuk tadi Jazzki mengecek suhu tubuh Joanna terasa hangat---tidak terlalu panas. Namun sepertinya dada Joanna terasa sakit lagi meski sang empu tidak terus terang mengatakannya.

"Jo lagi apa, Jazz?" tanya Elvi.

"Mandi, Ma," jawab Jazzki. Jazzki menghela nafas ketika mengingat Joanna menyuruhnya untuk diam.

"Tumben jam segini Jo baru mandi," Yohan berceletuk.

"Baru bangun dia, Pa," alibi Jazzki.

"Kamu nanti pulang sekolah ada acara nggak?" tanya Yohan kepada Jazzki.

"Kayaknya ada rapat osis bentar sih. Kenapa emangnya, Pa?"

"Kamu sama Jo udah Papa daftarin les. Kan kalian bentar lagi mau kelas dua belas, mending kamu kurang-kurangin deh jadwal kegiatan kamu yang nggak begitu penting. Mulai fokus aja sama nilai kamu," ujar Yohan yang membuat Jazzki memperlambat kunyahan nasinya.

"Selama ini Jazz udah bisa imbangin nilai sama kegiatan yang Jazz suka. Aman-aman aja kok, Pa. Nilai ujian Jazz tetep baik, nggak ada yang turun," Jazzki mencoba membela diri.

"Iya, Jazz, Papa tau kamu memang serius sama nilai kamu. Tapi kamu akan lebih punya banyak waktu buat belajar ketika kamu ngurangin beberapa organisasi yang menurut Papa terlalu banyak kamu ikutin."

Kening Jazzki berkerut. "Pa... Itu kesenangan Jazz. Bukannya sekolah bukan hanya tentang belajar dan belajar? Dari minat kegiatan di luar jam belajar yang Jazz ikutin bisa nambah relasi pertemanan. Bisa buat nambah pengalaman, Jazz suka kegiatan yang sedang Jazz jalani sekarang. Lagian Jazz juga punya tanggung jawab di dalam organisasi itu, nggak bisa seenaknya kita tinggalin kalau belum waktunya kita purna tugas, Pa," bantah Jazzki panjang lebar.

JAZZKI & JOANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang