Chapter 14: A Day Full of Mixed Feelings

617 89 29
                                    

Kata saya mah siapin diri kalian buat baca part ini.

Kindly reminder ya buat yang masih di bawah 18 tahun, you better skip this part.

Happy reading!


Tidak tahu kenapa, semenjak pertemuan dengan Dhimas tadi usai, Mas Soki menjadi lebih diam. Sedari kami meninggalkan Mall hingga kini kami sudah berada di mobil selama nyaris sepuluh menit, Mas Soki tidak mengatakan sepatah kata pun.

Ia hanya diam, sembari fokus menyetir dengan dua mata yang tak lekang dari hamparan jalan di depan sana.

Bahkan kini pun, ketika mobil yang ia kendarai telah masuk ke areal komplek perumahan kami, ia masih diam. Sukses membuatku yang tak tahu harus memulai percakapan dari mana, ikut diam dan menaruh pandang ke luar jendela.

"Kita udah sampai." Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Mas Soki setelah mematikan mesin mobil di depan pagar rumah kami.

Aku menoleh padanya yang kini telah membuka seatbeltnya dan bersiap-siap untuk turun. Melihatnya, seketika aku pun buru-buru melepas seatbeltku dan mengikutinya, turun dari mobil.

Mas Soki tak berujar apapun lagi, meski sebelah tangannya membukakan pagar untukku, begitu pun ketika ia menahan pintu rumah dan membiarkanku masuk lebih dulu, ia tak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Mas..." Oleh karena itu, aku yang tidak tahan dengan 'diam'nya tersebut lantas memanggilnya. Ia yang tadinya hendak berjalan ke lantai dua—kamar kami—pun sontak berhenti.

"Hm?" sahutnya seraya berbalik.

"Mas mau langsung ke kamar?" Ah, aku masih begitu ragu untuk berterus terang.

"Iya, aku mau langsung ke kamar."

"Oh oke." Aku memutar otak agar dapat meneruskan perbincangan ini tanpa berakhir begitu saja. "Oh ya! Aku mau bikin susu, mas mau?" Akhirnya, sebuah ide muncul di kepalaku. Siapa tahu dengan begini, suasana di antara kami akan menjadi lebih baik.

"Gapapa, kamu bikin buat kamu aja."

Tapi agaknya respon Mas Soki tersebut justru semakin mempertegas bahwa memang ada masalah di sini. Mas Soki menghindariku. Jauh sebelum ini, ia tak pernah menolak tawaranku. Terlebih kini, ia sudah membalikkan badannya lagi. Bersiap untuk melanjutkan derapnya ke arah tangga.

Melihatnya, perasaanku menjadi kian tak genah. Apa ada yang salah dengan pertemuan tadi? Tapi di mana? Rasaku semuanya berjalan baik-baik saja. Sampai akhirnya ketika aku pamit ke toilet, tepat setelahnya, Mas Soki sedikit berubah. Ia menjadi terlihat kurang nyaman dan buru-buru mengajakku pulang.

Memangnya, apa yang ia dan Dhimas bicarakan ketika aku tidak ada?

Apa Dhimas mengatakan sesuatu yang menyinggungnya ketika aku ke toilet tadi?

"Mas!"

Akhirnya, tak sanggup menerka-nerka dengan isi kepalaku sendiri, aku pun memanggilnya sekali lagi.

Panggilanku kali ini cukup keras hingga membuat ia yang telah menaiki beberapa anak tangga itu spontan menoleh padaku.

Panggilanku kali ini cukup keras hingga membuat ia yang telah menaiki beberapa anak tangga itu spontan menoleh padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MBTI NMPL: Not My Possesive LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang