Chapter 5: Too Sweet to Handle

436 54 12
                                    

As usual, play the music above for the best reading experience~

happy reading!

(don't forget to give a vote, thankyou)

Jujur, kondisi kakiku sudah jauh lebih baik sekarang, namun karena melihat bagaimana Mas Soki mencemaskanku, aku jadi berpikir untuk terus sakit saja agar tak kehilangan momen seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur, kondisi kakiku sudah jauh lebih baik sekarang, namun karena melihat bagaimana Mas Soki mencemaskanku, aku jadi berpikir untuk terus sakit saja agar tak kehilangan momen seperti ini.

Iya, seperti sekarang ini.

Aku dan Mas Soki baru saja selesai dari klinik dekat mall dan hendak berjalan ke arah parkiran. Alih-alih membiarkanku berjalan dengan kedua kakiku sendiri, Mas Soki berulang kali menawarkan diri untuk menggendongku, atau paling tidak memapah tubuhku ke mobil.

Jika bukan karena aku yang ngotot dan mengaku tidak sakit lagi, Mas Soki mungkin akan langsung berinisiatif sendiri seperti yang ia lakukan di mall, beberapa waktu lalu.

Iya, akhirnya aku yang tak bisa mengontrol kesaltinganku ini memutuskan untuk jujur saja. Itu mungkin lebih baik ketimbang berpura-pura terus sakit dan berakhir gugup maksimal lalu malu-maluin. Ah tidak tidak! Tolong tidak lagi! Kakiku jadi begini juga karena kebodohanku yang mudah salting ini.

"Mel, kamu beneran kakinya udah gak sakit lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mel, kamu beneran kakinya udah gak sakit lagi?"

Suara Mas Soki dari arah sebelahku seketika membuyarkan segala diskusi sengit di kepalaku.

"Beneran kok mas. Sumpah! Mas gak denger tadi dokternya bilang apa? Aku cuma keseleo."

"Iya sih, tapi keseleo juga bisa fatal loh."

"Tapi ini enggak kok mas, nih lihat." Aku kini sudah menyodorkan kakiku sedikit ke arah Mas Soki, kemudian aku memutar-mutar engsel dekat tumitku. Menggerak-gerakkan kakiku apa adanya dan menunjukkan padanya bahwa memang rasa sakit yang tadinya sangat menyiksa itu sudah jauh berkurang sekarang.

Syukurnya, aku menangkap rona lega di sepasang mata Mas Soki. Sepertinya ia mulai percaya.

"Syukurlah kalau kaki kamu beneran udah gak sakit." Begitu katanya, yang langsung kubalas dengan sebuah anggukan cepat dan seulas senyum simpul.

MBTI NMPL: Not My Possesive LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang