Chapter 8: Mini Reunion

322 50 6
                                    

Happy reading~

Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mel?"

"Mamel!"

Suara Dhimas yang berulang kali memanggilku itu akhirnya membuatku tersadar dari lamunanku, terutama ketika ia telah menusuk pipiku dengan telunjuknya. Semenjak melihat mobil Mas Soki melaju pergi, aku masih berdiri di tempatku dengan isi kepala yang sibuk memikirkan banyak hal.

Tentang ekspresi Mas Soki. Tentang pelukan tiba-tibanya di rumah tadi. Juga tentang masalah kantornya yang sepertinya menjadi biang dari segala sikap sedikit anehnya di hari ini.

Dan kini, aku menolehkan wajahku pada Dhimas. Laki-laki berambut legam yang bertubuh lebih tinggi diriku itu sudah mengerutkan dahi. Menatap padaku dengan sorot mata penuh pertanyaan.

"Lo kenapa sih? Malah bengong di sini?" Begitu pertanyaan Dhimas yang langsung membuatku menghela napas pelan.

"Gapapa, Dhim."

Tadinya aku tak mau membagi kerisauanku, tapi agaknya Dhimas yang maha kepo itu langsung bisa menangkap bahwa ada sesuatu yang memang mengganggu pikiranku.

"Ayo ngaku, kenapa lagi lo sama Mas Soki?"

Aku menggigit bibirku. Kemudian menghela napas untuk kali kedua sebelum akhirnya menatap pada Dhimas sebentar dan meneguhkan hati untuk membagi ceritaku.

"Kayanya... Mas Soki punya masalah deh di kantor."

"Masalah?"

"Gue gak tahu persisnya karena gue juga gak berani buat nanya. Tapi tadi gue gak sengaja denger dia teleponan sama rekan kerjanya dan ya... ada masalah di kantor."

"Itu doang?"

Aku lantas menepuk bahu laki-laki itu, sedikit kesal.

"Doang lo bilang?" Protesku yang langsung direspon Dhimas dengan dua tangannya yang menghalau pukulanku.

"Ya maksud gue kalau cuma itu mah terus di mana masalahnya? Punya masalah di kantor kan hal biasa, kaya lo gak pernah aja!"

"Iya, maksud gue yaa gitu deh ah! Males banget cerita sama lo, Dhim!" Enggan meneruskan perbincangan, aku memutuskan untuk memutar tubuhku dan mulai berjalan dari pelataran ke pintu depan gedung kantorku.

Melihat responku, Dhimas pun segera mengejar langkahku dan memberondongi dengan beragam pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali tak kugubris lagi. Maksudku, kukira aku tidak perlu menceritakan semua yang terjadi antara aku dan Mas Soki pada Dhimas. Agaknya, Dhimas juga tak perlu tahu semua itu.

Sampai akhirnya, satu pertanyaan Dhimas yang lain membuatku kembali meresponnya.

Sampai akhirnya, satu pertanyaan Dhimas yang lain membuatku kembali meresponnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MBTI NMPL: Not My Possesive LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang