Your vote means a lot to me~
Aku mengerti kenapa Mas Soki bisa bersikap seperti itu semalam. Sepertinya masalah yang ia hadapi di kantor bukanlah sesuatu yang benar-benar bisa ia atasi. Urusan kantornya terlalu membebani dan itulah mengapa aku bisa memaklumi kekalutannya tersebut. Aku tidak lagi mengambil pusing atas sikapnya yang memelukiku secara tiba-tiba semalam. Juga permintaannya atas pelukanku yang membuat kami berakhir lelap di atas tempat tidur.
Ya, aku dan Mas Soki sudah berada dalam posisi ini sedari tadi malam.
Lebih tepatnya, ia yang jatuh tertidur pasca nyaris sepuluh menit kupeluk mau tak mau membuatku membopong tubuhnya ke atas tempat tidur. Lalu, begitu saja, ia yang menahan tubuhku untuk tetap di rengkuhannya membuat aku tidur sembari memeluknya.
Tak ada lagi batas-batas tak kasat mata yang sebelumnya kami ciptakan di atas ranjang ini. Hanya ada kami berdua yang terlelap dalam satu selimut yang sama.
Ini udah jam berapa ya?
Aku membatin seraya mengangkat kepalaku perlahan-lahan dari lengan Mas Soki yang masih tertidur lelap. Kemudian, kulirik jam dinding yang berada di sebelah kiriku. Ternyata masih pukul lima pagi. Aku masih punya sekitar sejam lagi untuk tetap berleha-leha di kasur sebelum mandi dan siap-siap ke kantor.
Tapi tunggu dulu.
Bukan itu masalahnya sekarang.
Sungguh demi apapun, apa yang bisa kulakukan di posisi seperti ini sekarang?
Maksudku, aku yang tidur menyamping menghadap pada Mas Soki yang juga tidur menyamping ke arahku. Tidak tahu sejak kapan, lengan kiranya menjadi bantal yang begitu empuk bagi kepalaku, dan juga lengan kanannya yang melingkar di pinggangku.
Oh sial! Kurasa ini lebih tepat menjadi sebuah mimpi terlalu indah bagiku. Aku bahkan belum pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini bersama Mas Soki. Memangnya siapa yang akan sanggup membayangkan adegan seperti ini dengan orang yang disukai secara diam-diam?
Ah cukup, Melody!
Berhentilah berdiskusi di kepalamu sendiri dan sekarang buka matamu lebar-lebar. Perhatikan dan pikirkan apa yang harus kamu lakukan setelah ini.
Lantas, aku pun menarik napasku pelan-pelan. Berupaya menjernihkan isi kepalaku yang mulai kusut itu. Kemudian, aku memandang pada Mas Soki lamat-lamat.
Ah, kapan ya laki-laki Agapito ini tidak memesona?
Di saat tidur seperti ini pun wajahnya begitu sempurna.
Lagi-lagi hanyut dalam buaian garis wajah Mas Soki yang terpahat sempurna itu, aku cuma bisa bengong menikmati keindahannya. Sesekali, aku tersenyum sendiri, mengingat betapa beruntungnya aku sekarang. Menjadi isteri sekaligus satu-satunya perempuan yang dapat menikmati semua ini dengan cuma-cuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
MBTI NMPL: Not My Possesive Liar
Fiksi PenggemarAkhirnya nikah sama crush! >-< T-tapi tunggu dulu! Ini kok mas crush possesive banget?!?!