Seneng banget ternyata challenge votenya sudah berhasil ditembus wkwkwk. Selamat!! So here it is!
Happy reading~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tidak tahu, kenapa perasaanku menjadi segelisah ini.
Melihat Mas Soki yang mendadak tak jadi mengantarkanku dan lebih memilih untuk pergi bersama perempuan itu... ah itu sedikit berlebihan. Mungkin mereka punya urusan yang harus segera diselesaikan? Mungkin mereka memang perlu space berdua untuk saling bicara.
Tapi, apa lagi yang perlu mereka bicarakan?
Bukankah di antara keduanya sudah tidak ada lagi hubungan apapun?
Setidaknya aku pernah mendengar soal ini sekitar beberapa tahun yang lalu. Kabar burung yang kudengar, hubungan mereka kandas karena Kak Haura memutuskan untuk pindah ke luar negeri.
Tapi, kenapa kini dia kembali?
Lalu kenapa tiba-tiba dia pun ada di sini?
Di antara banyaknya tempat di negeri ini, kenapa ia juga berada di tempat yang cukup jauh dari ibukota seperti ini?
Lalu...
Kenapa Mas Soki bereaksi seperti tadi?
Kenapa dia yang berinisiatif untuk menemui perempuan itu?
Ah, semua ini memusingkan.
Entah berapa banyak pertanyaan yang mulai bermunculan di kepalaku. Sampai-sampai aku tidak sadar bahwa mobil yang kunaiki ini telah berjalan nyaris lima menit lamanya.
"Mel... are you okay?"
Pertanyaan Mas Sang yang duduk di sebelahku spontan membuat lamunanku buyar.
Aku menoleh padanya seraya tersenyum tipis.
"I'm okay mas," jawabku pelan.
"Kayanya enggak deh. Aku bisa paham kenapa kamu jadi diem kaya gini."
Aku memilih untuk tidak menanggapi ucapannya tersebut. Lebih tepatnya, aku terlalu bingung untuk meresponnya.
"Ada banyak pertanyaan yang muncul di kepala kamu sekarang kan?" Bagai membaca isi kepalaku, Mas Sang bertanya seraya menoleh padaku sekilas. "Kamu bisa tanya ke aku... aku akan jawab..." ucapannya itu sukses membuatku menolehkan kepala padanya.
Rasanya, aku ingin menumpahkan semua yang ada di dalam kepalaku sekarang.
Tapi kemudian, aku berpikir lagi.
Aku tidak bisa segegabah itu melibatkan orang lain di dalam persoalan ini.
Jadi, aku diam sebentar. Memilah kira-kira pertanyaan mana yang bisa kuungkapkan pada Mas Sang.