For the best reading experience, please play the music above.
Vote before reading, thankyou!
Tidak tahu kenapa, Mas Soki menjadi begitu sibuk semenjak kepulangannya dari kantor semalam. Ketika aku menyelesaikan makan malamku dan beranjak ke dalam kamar, kulihat Mas Soki masih sibuk di meja kerjanya sembari menatap pada layar tab dan laptopnya secara bergantian.
Ia sempat menyapaku ketika melihatku yang berjalan ke arah tempat tidur. Kebetulan meja kerjanya berada tidak jauh dari tempat tidur.
Katanya, "Kamu udah mau tidur?"
Aku yang saat itu memang sudah mengantuk lantas mengangguk. "Iya mas," begitu kataku.
Lalu ia tak memperpanjang perbincangan di antara kami. Ia hanya menganggukkan kepala mengerti. Ia sempat memberitahu bahwa ia akan meneruskan pekerjaannya yang belum tuntas baru setelahnya ia akan tidur. Aku yang mendengarnya lantas hanya bisa menganggukkan kepala, tanda mengerti.
Pagi ini, hal yang serupa masih kutemui. Mas Soki masih disibukkan dengan pekerjaannya yang sama sekali tak ku mengerti. Aku ingin menanyai, tetapi agaknya itu hanya akan membuatnya terbebani. Lagi pula tak ada yang bisa kuberikan sebagai kontribusi untuk membantunya yang kelihatannya memiliki tugas kantor yang begitu serius itu.
"Ah, kamu sudah turun. Ayo sarapan dulu."
Akhirnya Mas Soki menyadari juga keberadaanku di dapur. Aku yang sedari tadi berjalan pelan ke meja makan sembari mengamatinya lantas membalas sapaan ramahnya tersebut.
"Iya mas," kataku seraya mengambil posisi duduk di hadapannya.
Kulihat satu senyum simpulnya diarahkan padaku. Sebuah respon yang ia sempatkan di tengah-tengah kedua matanya yang kembali sibuk menyapu layar ponsel dan tabnya secara bergantian. Syukurlah, meski terlihat begitu sibuk, ia tetap menyempatkan diri untuk mengunyah roti buatannya sendiri. Sungguh sangat amat multitasking.
Berselang, aku pun menggeser tatapku ke arah sepiring roti selai dan segelas susu yang ada di hadapanku. Rupanya, sesibu-sibuknya Mas Soki, ia tetap menyempatkan diri untuk menyiapkan semua ini. Jujur saja, aku bukan tipikal morning person, jadi akan sedikit sulit bagiku untuk bangun lebih cepat dan menyiapkan semua ini. Untunglah semenjak menikah dengan Mas Soki, ia mengerti semua kesulitanku itu dan menawarkan diri untuk menyiapkan sarapan pagi bagi kami berdua.
Aku pun mulai menikmati sarapanku dalam keheningan. Sesekali aku menyimak kesibukan Mas Soki dan beberapa kali menghindari tatap darinya yang tiba-tiba melihat ke arahku. Entah karena ia menyadari aku memperhatikannya sedari tadi atau karena memang itu kebetulan.
Ada sekitar lima kali aku menghindar dari tatapnya yang nyaris menangkap basah diriku, dan ketika kali keenam, tiba-tiba saja Mas Soki bersuara.
"Sorry ya Mel, aku malah sibuk sendiri..." ucapnya seraya menutup tabnya kemudian mengalihkan atensinya dari benda tipis itu kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MBTI NMPL: Not My Possesive Liar
FanficAkhirnya nikah sama crush! >-< T-tapi tunggu dulu! Ini kok mas crush possesive banget?!?!