Note : kosakata di sini aku-kamu atau aku-kau ya. Bukan lo-gue.
***
"Hei, Rafael! Bagaimana sekolahmu—"
"—Rei, apa kau sudah menyiapkan pr-mu?"
"Haikal, anakku. Ayo makan."
"Pulang sekolah kita mau ke mana, Ka?"
"Kafka, aku suka kamu!"
"—Leon, kami membencimu. Jadi pergilah dari rumah ini."
"Vicky, kau harusnya sadar tempatmu, sialan!"
"Kenapa aku harus mempunyai anak sepertimu?"
"Kau benar-benar pembawa sial—"
—ngiiing!
Suara itu semakin bersahutan, menghantam isi kepala pemuda yang saat ini berbaring di rumah sakit dengan alat EKG yang terus berbunyi. Mata yang tertutup itu terbuka, menyambut kehidupan barunya yang ke dua puluh lima.
Pemuda bersurai hitam sehitam langit malam itu, meringis kala ingatan dari berbagai kehidupan saling bertumpang tindih.
"Haha, siapa yang akan percaya ini." Pemuda itu mengambil napas dengan susah payah karena selang oksigen yang ada di hidungnya. "Kali ini, sebagai Faresta Dewantara, ya?"
Pemuda yang saat ini bisa di panggil Resta, mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menunduk, menatap infus yang melekat di punggung tangan kanannya. "Kali ini sebagai anak dari simpanan Direktur Dewantara company."
Kekehan sinis keluar dari bibir pucatnya. Resta kembali berbaring, meletakkan lengan kanannya ke dahi. Pemuda itu menatap tak minat langit-langit kamar ruang inapnya.
Sesuai ingatan pemilik tubuh asli, Faresta Dewantara adalah anak dari wanita simpanan Direktur Dewantara company. Keberadaannya begitu terabaikan di keluarga Dewantara. Setelah ibunya meninggal, Direktur semakin mengabaikan Resta, namun uang tetap mengalir untuk anak itu.
Ibarat kata, Faresta adalah Tuan Muda yang memiliki segalanya, kecuali kasih sayang ayahnya. Saudara-saudara tirinya pun membenci Resta, menentang kehadiran pemuda itu di kediaman Dewantara. Namun, Direktur tetap mempertahankan Resta yang masih berusia 17 tahun di kediaman, dan akan melepas anak itu setelah lulus SMA.
Resta yang tidak ingin diusir, berusaha menarik perhatian ayah dan kakak-kakaknya. Dengan membuat keributan di sekolah, agar Resta bisa melihat wajah ayahnya yang mengunjungi sekolah. Hanya itu cara Resta agar bisa bertatap muka dengan Gaviel, karena selama ini Gaviel menghindarinya bahkan mengasingkan dirinya di mansion belakang.
"Jadi, dia anak yang caper, ya?" Resta menghela napas berat. Selama ini, ia menjalani 24 kehidupan karena sumpah kutukan yang diberikan mantan pacarnya di kehidupan pertama.
Awalnya, ia menganggap itu hanya angin lalu. Tidak mungkin ada 24 kehidupan, batinnya. Tetapi, saat ia mati karena terlibat tawuran di jalan yang ia lewati, dirinya malah terbangun di tubuh yang berbeda.
Semuanya menjadi kacau mulai dari sana. Bahkan ia kini melupakan nama aslinya. Selama 24 kehidupan itu, Resta menjalani hari-hari yang begitu berat. Dimulai dari dirinya tiba-tiba menjadi mahasiswa kedokteran, anak SMP, bekerja di pabrik, menjadi pengemis, anak orang kaya, anak haram, anak cupu, dan lain sebagainya.
Setiap kehidupan baru yang ia jalani, akan ada ingatan asli dari pemilik tubuh yang ia tempati. Bahkan saat ia mati, ingatan itu tetap bertumpang tindih dengan ingatan kehidupan barunya. Itu juga merupakan alasan mengapa Resta melupakan nama aslinya, karena di ingatannya hanya terbayang suara-suara dari 24 kehidupan yang telah ia jalani. Seperti yang Resta rasakan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERROR [END]
Teen FictionAda seorang gadis yang mengutuk pacarnya karena ketahuan selingkuh. Di hari tahun baru, disaat kembang api mengudara ke langit, suara gadis itu terdengar lantang mengatakan, "Aku bersumpah mengutuk dirimu menderita selama 25 kehidupan!" Pemuda itu h...