22 >> ERROR <<

2K 216 18
                                    

Hari libur terakhir Resta gunakan untuk menghabiskan waktu bersama Dandelionnya. Siang ini, jam sudah menunjukkan pukul dua. Resta bersiap-siap hendak pergi. Dia hanya memakai celana cargo hitam dan t-shirt putih ukuran XL bertuliskan Forever Young.

Pemuda itu berlari menuruni tangga, mendapati keluarganya yang ternyata sudah berkumpul di ruang keluarga.

"Restaaaa, ke mana kah engkau pergiii?" teriak Xavier dari dapur. Teriakannya semakin jelas saat perawakannya muncul dengan minuman kaleng empat buah yang ia peluk.

"Mau main sama anak-anak," jawab Resta, menyambar satu minuman kaleng di tangan Xavier.

"Ikut—"

"No no no!" tolak Resta mentah-mentah. Dia sudah tahu apa yang akan terjadi kalau Xavier ikut. Anak itu pasti akan merecokinya, bertanya ini-itu.

Tawa Gabriel dan Sean mengudara kala wajah Xavier merengut seketika. "Sama siapa pergi, dek?" tanya Sean, berdiri, ikut menyambar satu minuman kaleng dari tangan Xavier.

Resta meminum minuman kaleng itu, mengusap dagunya yang basah, kemudian menjawab, "Sagara."

"Dia masuk dalam geng itu?" tanya Gabriel penasaran. Dia melirik minuman kaleng di tangan Xavier, hendak meraihnya tetapi Xavier lebih dulu memberikan tatapan tajam. Bombastic side eyes.

Resta mengangguk. "Wakil ketua."

"Widiiiih." Wajah Sean terlihat antusias. "Mau gabung juga dong!"

Resta langsung menggeleng. Pemuda itu melenggang pergi sebelum kakak sulungnya ikut-ikutan ingin bergabung ke dalam gengnya.

Sebenarnya, setelah apa yang ia lalui, Resta juga bingung. Sekarang, gunanya enam geng itu apa? Resta menggaruk kepalanya. Dulu dia ingin enam geng itu berpihak padanya agar bisa dia perintahkan untuk melindunginya dari Dewantara atau musuh Dewantara.

Tetapi, sekarang, Resta sudah memiliki keluarganya. Apa dia harus membuang mereka?

"Jika itu terjadi, pasti mereka akan mengamuk dan tidak akan makan tujuh hari tujuh malam."

Resta tertawa mendengar ucapan Sagara. Mereka sudah ada di dalam mobil kesayangan Dewantara. Mobil Porsche warna hitam cemerlang. Mobil itu baru saja dicuci oleh Gabriel, karena sejatinya mobil itu milik Gabriel yang diberikan Gaviel sebagai hadiah ulang tahun.

Saat tahu adiknya itu menggunakan mobil yang baru saja ia cuci, Gabriel bersungut-sungut.

"Kalau begitu, aku tidak mungkin membuang mereka, kan?" Resta menyeruput minuman kaleng dingin yang masih belum habis.

Sagara melirik sekilas, lantas mengangguk. Membuang mereka adalah pilihan paling buruk. Untuk sejenak, mereka membiarkan susana hening menyelimuti dalam mobil itu

Sagara fokus menyetir, dan Resta yang menatap lurus ke depan. Tatapannya terlihat mempunyai banyak pertanyaan yang belum terjawab. Sagara yang melihatnya langsung bertanya.

"Apa yang kau khawatirkan daritadi?"

Resta tersentak. Refleks kepalanya menggeleng. Entahlah, dia juga bingung, hidupnya bisa berjalan baik mulai sekarang. Tapi entah kenapa masih banyak hal yang belum dia mengerti.

Apa jiwa Resta asli benar-benar sudah tidak bisa kembali? Apa sekarang dia bisa menikmati semuanya? Tapi bagaimana jika jiwa Resta asli kembali? Apa yang akan terjadi padanya?

"Aku tidak tahu apa yang membuatmu bingung." Sagara mengusap kepalanya canggung. "Tapi tidak ada salahnya kau bertanya jika kau tidak tahu jawabannya."

Resta terdiam untuk waktu yang cukup lama. Dia memandang Sagara lamat. Ragu, akhirnya dia bertanya. "Kau pernah dengar seseorang menjalani 24 kehidupan?"

ERROR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang