20 >> ERROR <<

2.8K 359 10
                                    

"Sudah aku duga kau pengkhianatnya!"

Malam itu, disaat semua rombongan Dandelion mengikuti Sagara, Roni menyusul Levi yang terpisah dari rombongan.

Levi yang sedang mengendarai motor menoleh mendengar teriakan itu. Matanya membelalak panik. "Ron?!"

"Berhenti!" Roni menambah kecepatan laju motornya, menyajajari laju motor Levi. "Berhenti, pengkhianat!"

Levi kalang kabut. Dia tanpa pikir panjang menendang motor Roni, membuat Roni terjatuh.

BRAK!

Levi menoleh ke belakang sekali lagi, mendapati Roni yang terguling di aspal. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Levi menekan gas, meninggalkan Roni yang meringis kesakitan.

***

"Kenzie?!"

Semua anggota Dandelion dikagetkan dengan kedatangan Kenzie. Mereka berdiri dengan tatapan siaga.

"Kenapa kau ke sini?!" Kavio berlari menghampiri Kenzie dengan tangan terkepal. "Kau peng—"

"Aku bukan pengkhianat!" seru Kenzie tanpa basa-basi. Napasnya tersengal kelelahan. "Daripada itu, ada yang lebih darurat. R-Resta—"

Ciel yang mengerti langsung bergabung di samping Kavio. Dia menepuk pundak Kavio beberapa kali. "Dengarkan dulu, Kavio. Kita butuh penjelasan. Saat kita mengikuti Sagara, kita kehilangan jejaknya dan tidak tahu harus bertanya pada siapa tentang apa yang terjadi."

Kavio menoleh ke arah Ciel yang memasang wajah serius. Untuk pertama kalinya anak jamet itu memasang wajah serius. Kavio mengangguk patuh.

"Ada apa dengan Resta?" tanya Ciel.

Kenzie meremas jemarinya sendiri. "Dia diculik."

Semua anggota Dandelion membelalak kaget. Ciel masih mengontrol wajahnya untuk tidak emosi.

"Siapa yang menculiknya?"

"Haikal," jawab Kenzie lugas.

Kavio menggeram, begitu juga Ciel. "Di mana Resta sekarang?!"

Kenzie menggeleng. "Kita tidak akan bisa menyusulnya. Beberapa jam lalu aku bersama Resta di rumah tak berpenghuni. Aku mendengar peebincangan Haikal dengan seseorang di telepon. Dia membawa Resta ke suatu tempat yang tidak bisa dilacak."

Kavio menggertakkan giginya, Ciel menghela napas gusar. "Jadi, apa rencanamu, Ken?" tanya Ciel.

Kenzie menatap anggota Dandelion. Jantungnya berdegup kencang karena gugup. Tetapi ini demi Resta. Demi menyelamatkan anak itu.

"Kita pergi ke mansion Dewantara."

Kavio menaikkan satu alisnya. "Untuk apa?"

"Menyerang Gregory."

Ciel dan Kavio saling pandang. "Menyerang tanpa strategi? Itu mustahil. Gregory keluarga yang lumayan berpengaruh setelah Dewantara," ucap Kavio pelan. "Juga, aku ragu kita bisa menyerang Gregory. Dandelion tidak ahli dalam bertarung."

"Siapa bilang hanya Dandelion?" Kenzie menelan ludahnya kasar. "Resta punya geng yang lain, kan?"

Lagi, Ciel dan Kavio bertemu tatap untuk waktu yang lama. Anggota Dandelion yang mengerti arah pembicaraan mulai mendekati Ciel dan Kavio.

"Kami bersedia!" Tama berseru dengan nada yakin. "Meski kami amatiran, setidaknya kami bisa membantu Resta, kan?"

Kavio dan Ciel menatap mereka satu persatu. Wajah mereka seperti yakin, siap menerima risiko apa pun. Kavio terkekeh, begitu juga Ciel.

ERROR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang