4 >> ERROR <<

4.4K 463 12
                                    

Sagara di ingatan Resta asli, anak itu ternyata berguna saat Resta asli hilang kendali dan berakhir membuat kekacauan di sekolah.

Bisa dibilang, Sagara orang yang menghentikan setiap aksi bar-bar yang dilakukan Resta. Tidak heran jika pemuda itu sering muncul tiba-tiba di hadapan Resta. Karena setiap waktu anak itu mengamati Resta dari jarak yang tidak diketahui.

Resta yang tertidur di markas, seketika terbangun kala Levi membangunkannya dan mengatakan bel pulang sudah berbunyi.

Resta berjalan menuju parkiran. Ia menduga kalau Aska lebih dulu mengambil tasnya. Sampai di sana, pemuda itu masuk ke dalam sedan putih.

Tepat saat memasuki mobil itu, alangkah terkejutnya ia melihat kehadiran Xavier. Alisnya menukik tajam. "Kenapa di sini?"

Kedikkan bahu Xavier berikan sebagai jawaban. "Kak Sean lama jemput. Aku numpang."

Menyebalkan.

Resta tak banyak protes. Ia duduk di belakang kemudi, duduk berdampingan dengan Xavier. Resta melipat lengan di dada, memejamkan mata menunggu kedatangan Aksa. Keheningan melanda mereka. Tidak ada yang membuka percakapan dan larut dalam pikiran masing-masing.

"Ayah menyuruh kumpul di ruang tengah nanti." Setelah lama hening, Xavier membuka suara. Tatapnya mengarah ke arah luar, enggan menatap Resta yang sontak menoleh ke arahnya.

Resta menaikkan satu alis. "O...ke?"

Xavier mendengus pelan. "Aku peringatkan, kau boleh melakukan apa saja. Tapi tidak dengan menghancurkan Dewantara."

"Aku tidak berniat menghancurkan Dewantara," jelas Resta.

"Lalu, apa keributan yang kau lakukan tadi?" Xavier menahan mati-matian untuk tidak mencengkram kerah seragam Resta sekarang.

"Aku hanya menjelaskan ke publik, kalau meski aku anak haram pun, masih banyak musuh yang mengincarku."

Deg.

"Aku kelemahan keluarga Dewantara, kak." Resta bertemu tatap dengan Xavier yang menoleh ke arahnya. Resta menyungging senyum miring. "Dengan pengakuan ku tadi, banyak musuh yang mengincarku. Musuh akan berpikir apa alasan Dewantara menyamarkan penculikan ku, dan mereka berpikir kalau aku berharga bagi keluarga Dewantara."

Deg.

"Mereka mengira dengan menculikku, mereka bisa menghancurkan Dewantara."

Deg.

"Rencanaku, saat mereka menculikku, kalian bisa mencari siapa musuh itu dan menangkapnya."

Deg.

Resta mengulas senyum tipis. "Aku akan menjadi umpan untuk keluarga Dewantara."

Tepat saat itu Aksa muncul, duduk di kursi kemudi, menghidupkan mesin, dan melajukan mobil meninggalkan perkarangan sekolah. Bahkan saat mobil itu berhenti di pelataran mansion Dewantara, Xavier masih terjebak dengan kata-kata Resta. Umpan.

Kenapa dia melakukan itu?

Xavier memandang rumit punggung Resta yang masuk ke dalam mansion. Segera pemuda itu menyusul dari belakang. Di ruang tengah sudah ada Gaviel, Gabriel dan Sean yang duduk dalam suasana tegang.

Ketiga orang itu sontak menoleh menyadari kehadiran sang tokoh utama.

"Tunggu." Gaviel bersuara saat melihat Resta melewati mereka dan berjalan menuju tangga. Resta tetap tak mendengarkan dan menaiki anak tangga, seakan suara itu tidak tertuju untuknya.

ERROR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang