23 >> ERROR <<

2.1K 291 7
                                    

Tubuhnya seakan ditarik paksa ke suatu tempat. Resta mengerjapkan mata kala pencahayaan di depannya semakin terang, hampir membutakan mata. Pemuda itu menyipit, lantas beberapa detik kemudian, cahaya itu padam, digantikan pemandangan pantai yang sangat dia kenali.

Di bibir pantai itu berdiri seseorang yang membelakanginya. Terlihat sedang memandang matahari yang hampir tenggelam.

Teriakan seseorang terdengar tepat di samping Resta.

"GENTA!"

Resta terkejut saat seorang gadis berlari melewati tubuhnya yang— transparan? Tunggu. Di mana ini?

Pemuda yang awalnya memandang matahari tenggelam, berbalik. Resta tertegun melihat wajah itu yang sangat mirip dengan wajahnya— maksudnya wajah Resta.

"Genta, jangan main di pantai." Gadis berkuncir kuda dengan baju pink pastel memegang lengan pemuda yang bernama Genta itu.

Genta geming, menatap sang gadis dengan tatapan sayu. "Ayo putus, Ran."

Rania terbelalak. "A-Apa maksud kamu, Ta? Jangan ngelantur!"

"Aku ngga ngelantur, Ran." Genta melepaskan genggaman tangan Rania di lengannya. "Aku lelah. Sebenarnya aku tidak ada perasaan padamu. Jika boleh jujur, aku menjadikanmu untuk mencari tahu perasaanku sendiri."

Tanpa bisa dicegah, air mata Rania luruh begitu saja. Suaranya tercekat. "Bohong. Aku mohon bilang itu bohong, Ta!" Rania menggeleng heboh.

"Itu salah satu alasannya, Ran." Genta kembali memandang matahari yang tenggelam. "Alasan lainnya, aku selingkuh dari kamu."

Deg.

"BRENGSEK!" Rania dengan sekuat tenaga mendorong Genta hingga pemuda itu terjatuh. Bajunya basah saat ombak kecil menghantam tubuhnya.

"Aku bersumpah mengutuk dirimu menderita selama 25 kehidupan, Genta Adelardo!"

Ctar!

Pemandangan itu berubah saat Genta mengenakan pakaian putih biru. Berdiri seperti patung di sebuah rumah kecil yang kumuh dan kusam. Tatapannya kosong memandangi orang tuanya yang tengah bertengkar.

"Andai saja kamu tidak lahir!"

Satu tamparan hampir mendarat di tubuh adiknya yang paling kecil. Genta hanya mampu diam melihat tubuh ringkih adiknya yang meringis kesakitan.

Genta tidak punya niat untuk membantunya. Tidak ada perasaan apa pun yang timbul saat tubuh kecilnya itu dipenuhi luka. Juga kakak sulungnya menghujat Genta habis-habisan.

"Kau itu bencana, Genta. Kau ingin tahu tentang sesuatu?" Tian, kakak Genta tersenyum kecut. "Kau bukan anak keluarga ini. Kau hanya anak pungut."

Saat itu, Genta marah. Dia tidak mungkin anak pungut. Tidak mungkin— tetapi harapannya pupus saat ucapan kakaknya benar. Di suatu malam, kedua orang tuanya berbicara dengan cara berbisik.

Meski samar, Genta tahu pendengarannya tajam. Dia mendengar apa yang orang tuanya bicarakan meski dia ada di dapur.

"Kita harus minta uang kompensasi, mas."

"Tania, itu berisiko. Ini keluarga yang berpengaruh di kota Hugo. Bagaimana kalau dia tidak memercayai bahwa Genta adalah anaknya?"

"Kita bisa menyuruh mereka melakukan tes DNA, mas!" Rania meninggikan suaranya, membuat Josep meringis.

"Kecilkan suaramu. Nanti anak-anak bangun."

Rania menggeleng. "Ayo, mas. Kita kembalikan Genta ke keluarganya. Keluarga kita terlalu miskin untuk menampung anak sepertinya. Biaya tunggakan juga banyak. Aku menyesal memungutnya waktu itu."

ERROR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang