Piknik yang harusnya menyenangkan— malah berakhir suram. Tidak ada yang berbicara setelah Resta mengucapkan kata itu. Merasa bosan, Resta langsung pergi dari sana, meninggalkan semua orang yang termangu.
"Mungkin... dia butuh waktu," ujar Sean lirih.
Xavier menatap kakaknya prihatin. Dia tahu maksud Sean. Kakaknya itu berusaha menyemangati yang lain— sedangkan dia sendiri ragu dengan ucapannya.
Apa Resta benar-benar butuh waktu?
Di dalam kamar, Resta mengembuskan napas kasar. Ia berbaring di kasur, menatap plafon kamar dengan bosan. Diliriknya kotak kado yang ada di meja pojok kamarnya. Ada kanvas besar, serta tiga kotak kado dengan ukuran yang berbeda.
Resta beranjak dari kasur, menghampiri kotak kado itu.
"Huh? Lukisan?" Resta mengernyit. Ia mengambil kanvas berukuran sedang itu. Ada tombol yang membuat Resta penasaran.
Saat ia menekan tombol itu, lampu-lampu di sekitar kanvas langsung hidup. Terdengar suara air terjun dan burung yang bercicit— entah berasal dari mana suara itu.
Resta menatap takjub lukisan air terjun di antara gunung-gunung dan hutan lebat. Lukisan itu seakan bergerak dan suaranya pun seakan hidup. Menenangkan.
"Kak Sean?" Resta membaca nama yang ada di pojok paling bawah. Ada nama Sean di sana, dan kata-kata untuk Resta.
Ini hadiah dariku. Maaf jika tidak mengesankan. Aku harap kau menerimanya, Resta. Selamat Ulang Tahun yang ke-18.
Resta terdiam. Ulang tahunnya sudah lama lewat, dan sepertinya Sean baru berani memberikan hadiahnya setelah kejadian waktu itu.
Resta tersenyum. Tidak apa. Hanya hadiah.
Resta bergerak memajang kanvas itu di dinding. Senyumnya merekah. "Tidak buruk. Dia bisa melukis dengan baik."
Tring!
Notifikasi itu membuat Resta kembali berjalan ke arah kasur. Ia merangkak mengambil ponsel. Matanya membelalak melihat pesan yang masuk.
Macan Kumbang
Tidak buruk
Hei, Resta, Dandelionmu sudah berubah, heh?Ayam Jago
Ayo bertemu
Aku penasaran dengan postinganmuLaba-laba Sunda
Kiw
Atur tempat, mari bertemu~Resta menelan ludahnya. Tangannya bergetar mendapat tiga pesan sekaligus. Ia senang. Tapi di sisi lain, mengapa mereka mengirim pesan di waktu bersamaan?
Resta harus apa?
"Entah ini jackpot atau malapetaka..." Tangan Resta terlihat mengetik sesuatu. "Kita akan tahu setelah memastikannya, kan?"
Resta meloncat kegirangan. Ia mengepalkan tangan sembari berseru, "Yes!"
Tiga dari lima geng motor yang berpengaruh di kota Hugo menghubunginya. Entahlah, kenapa hanya tiga? Resta berharap kelima-limanya menghubungi dirinya- tapi ya sudahlah, tiga pun cukup.
"Mari berbisnis!" Resta berlari menyambar hoodie hitamnya. Berlari menuruni anak tangga, membuat semua atensi orang-orang di ruang tengah terpusat padanya.
"Hei, mau ke mana?" tanya Sean sedikit berteriak.
Resta melambaikan tangan dengan senyum merekah. "Aku mendapat jackpot. Aku pergi dulu, bye!"
Sean sedikit mematung, Gabriel yang sedang minum tersedak, Gaviel termangu, Xavier menatap Resta hingga tubuh anak itu hilang di balik pintu.
"Wah, apa katanya tadi? Jackpot?" Gabriel mengusap dagunya yang basah. "Sial, apa dia berjudi?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ERROR [END]
Ficção AdolescenteAda seorang gadis yang mengutuk pacarnya karena ketahuan selingkuh. Di hari tahun baru, disaat kembang api mengudara ke langit, suara gadis itu terdengar lantang mengatakan, "Aku bersumpah mengutuk dirimu menderita selama 25 kehidupan!" Pemuda itu h...