Sagara menunduk saat berhadapan dengan Gaviel. Pria itu terlihat sedang menahan amarah.
"Katakan, kenapa kau menyembunyikan fakta itu?!"
Sagara menjawab dengan lugas. "Resta memerintahku."
"Dia bukan Tuanmu. Aku Tuanmu, Sagara! Aku belum resmi menunjuk Resta sebagai Tuanmu!"
Sagara menggeleng. "Mau bagaimana pun, Resta Tuan saya, Tuan Gaviel."
Plak!
Tangan kekar itu menampar pipi Sagara. Abraham diam menyaksikan.
"Jadi, kau tahu bahwa penculikan itu berawal dari keluarga Gregory? Dan anaknya berteman dekat dengan Resta? Lantas Resta menyuruhmu tutup mulut karena tidak ingin membahayakan temannya itu?!"
Sagara mengangguk pelan.
"Kau benar-benar mengecewakanku, Sagara." Gaviel mengacak rambutnya. Ia melonggarkan dasi yang terasa melilit lehernya. "Brengsek. Dan sekarang, di mana Resta?"
"Diculik."
"Siapa?"
"Gregory."
"Bagaimana kau tahu itu Gregory?"
Sagara terdiam sebentar. Ia mengeluarkan kotak persegi yang terbuat dari logam. Pemuda itu memperlihatkannya ke hadapan Gaviel. "Ini alat pelacak yang saya buat. Warnanya tergantung penculik. Warna biru, berarti Aldebaran yang menculiknya. Warna hijau berarti Antonio. Kalau warna merah, itu Gregory."
Gaviel memandang kotak itu dengan tatapan tak percaya. Abraham juga terkejut.
"Kau... yang membuat benda ini?" tanya Gaviel, syok.
Sagara mengangguk. "Saya mempelajari cara membuat teknologi. Termasuk alat pelacak ini. Ini canggih, saya yakin. Dan alasan mengapa saya yang selalu berhasil menemukan Resta dibanding Tuan Gaviel, karena saya meletakkan alat pelacak itu di tubuh Resta. Alat itu menyatu, tidak membahayakan Resta. Jika kita melacak hanya lewat ponsel, kita selalu kehilangan jejaknya. Sedangkan alat pelacak ini tidak. Dia selalu hidup, memudahkan saya mengetahui lokasi Resta. Tetapi sekarang, titik di dalam kotak ini menghilang, yang artinya Resta dibawa sangat jauh oleh Gregory sehingga tidak terdeteksi. Saya merasa Resta dibawa ke luar negeri, Tuan Gaviel. Alat yang saya ciptakan ini tidak bisa menjangkau sejauh itu."
Gaviel menggeram. "Lalu bagaimana cara kita menemukan Resta sekarang?"
"Beri saya waktu." Sagara mendongak, menatap mata Gaviel dengan yakin. "Beri saya waktu untuk meng-upgrade alat ini agar jangkauannya semakin luas."
"Berapa lama?"
"Tidak sampai satu minggu." Sagara tersenyum. "Saya hanya membutuhkan lima hari."
Genius. Sagara itu genius, Gaviel akui.
"Baik. Selama lima hari itu, aku harap kau membuat kemajuan, Sagara." Gaviel menepuk pundak Sagara beberapa kali. "Kau tahu kalau kau gagal menyelamatkan Resta, kan?"
Deg.
"Kau akan membayarnya dengan nyawamu."
Sagara mengangguk mantap. Tidak ada keraguan di matanya. "Dan saya punya permintaan."
"Apa itu?"
"Persiapkan bodyguard terpercaya milik Tuan Gaviel. Karena jika saya sudah menemukan jejak Resta, kita akan segera meluncur ke sana."
Gaviel menyeringai. "Kalau itu, serahkan padaku."
Sagara segera berpamitan. Setelah kepergian Sagara, Gaviel memandang Abraham yang sedikit syok.
![](https://img.wattpad.com/cover/376563052-288-k551442.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ERROR [END]
Novela JuvenilAda seorang gadis yang mengutuk pacarnya karena ketahuan selingkuh. Di hari tahun baru, disaat kembang api mengudara ke langit, suara gadis itu terdengar lantang mengatakan, "Aku bersumpah mengutuk dirimu menderita selama 25 kehidupan!" Pemuda itu h...