Bab 88

7 4 0
                                    

Syuting "The Drummer" berjalan sangat mulus. Adegan-adegan Xie Xuanming pada dasarnya diambil dengan sekali take. Zheng Meiyun juga bisa menyelesaikan adegannya dalam tiga kali take atau kurang, karena "pengawasan ketat" Xie Xuanming. Bahkan Ji Sheng, yang berakting untuk pertama kalinya, diuntungkan karena skenario dan bimbingan tambahan Xie Xuanming. Jarang-jarang ia menghadapi kesulitan selama syuting adegannya dan performanya dalam film yang sudah selesai juga sangat mengagumkan.

Dengan para aktor yang membintanginya begitu lancar, jadwal syuting tentunya bergerak secara efisien dan syutingnya selesai hanya dalam waktu dua bulan.

Adegan terakhir adalah kecelakaan mobil. Ji Sheng berbaring di mobil rongsok yang disiapkan oleh kru properti, mengerang kesakitan tanpa suara.

Kameranya mendekat, awalnya fokus ke pipinya yang berlumur darah, kemudian perlahan-lahan beralih ke samping.

Kameranya berangsur bergerak ke bawah, dan akhirnya membidik ke arah tangan kanan Ji Sheng yang terjulur keluar dari pintu mobil, terkulai dan tak berdaya di jalan beraspal. Kameranya berlama-lama di bekas luka jelek di pergelangan tangannya dan beralih ke jari-jarinya.

Tangan si pemain drum berbuku-buku jelas, dan berjari ramping, tetapi dengan kapalan tebal di telapak tangannya, diam-diam menyaksikan si orang berbakat yang tak bisa berkarya akibat bekas luka itu.

Di bawah lensa kamera, jari telunjuk dan ibu jarinya perlahan-lahan bergerak berbarengan, membuat kepalan yang kencang.

Telapak tangannya mengendur dan tertutup, dan stik drum pun dihentakkan turun.

Bang.

Sebatang stik drum yang tak terlihat membuat suara terakhirnya.

Kehidupan si pemain drum pun berakhir.

Ji Sheng tetap diam sekian lama, hingga punggungnya mati rasa karena properti itu, dan akhirnya mendengar si sutradara meneriakkan "cut".

Ia menggeliat bangkit dengan lega, dan para kru pun bergegas untuk membantunya keluar dari rongsokan mobil itu.

"Terima kasih atas kerja keras kalian." Ji Sheng membungkuk ke orang-orang di sekitarnya. Ia tidak punya waktu meredakan sakit pinggang dan lehernya; ia melihat sekitar untuk mencari-cari Xie Xuanming, buru-buru melepaskan diri dari kerumunan dan menuju ke sisi itu.

Xie Xuanming berdiri di sudut yang teduh dengan tangan bersedekap dan wajahnya tertutup topi, selagi ia diam-diam melihat Ji Sheng dengan cepat mendatanginya.

Ji Sheng maju beberapa langkah ke arahnya, menundukkan kepalanya dan mengintip ke mata memerah Xie Xuanming di bawah tutupan topinya, menghela napas dan membentangkan lengannya untuk memeluknya.

"Bukankah sudah kubilang supaya kau jangan datang ...." kata Ji Sheng.

Kau akan merasa sedih kalau kau menontonnya.

Xie Xuanming membiarkannya memeluknya dalam diam. Melihat kedua sosok yang menyatu, orang-orang di sekitar mereka pun secara sadar berputar untuk memberi mereka ruang.

Setelah pelukan yang lama, Xie Xuanming sedikit membungkuk, dan meletakkan dagunya di bahu Ji Sheng.

Biarpun ia tahu itu akting, pemandangan Ji Sheng yang terkapar tak berdaya dalam genangan darah, mengoyak terbuka lagi hati Xie Xuanming, mengingatkannya akan banyaknya malam penuh mimpi tentang Ji Sheng yang berbaring di jalanan bersimbah darah, memanggil-manggil namanya seolah meminta pertolongan ....

Terbangun dari mimpi buruk, Xie Xuanming akan duduk tegak berkeringat dingin, memegangi kepalanya, menderita akibat kematian Ji Sheng, tetapi putus asa karena Ji Sheng tidak benar-benar memikirkannya sebelum ia meninggal.

[BL] Reborn as A SubtituteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang