Sembilan Belas

332 73 15
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

[ Sembilan Belas ]

"Kau baik-baik saja?" Jin Hyuk menghampiri Myungsoo di kamarnya setelah acara bincang-bincang santai di ruang keluarga selesai. Perbincangan itu berakhir dengan Jin Hyuk dan Myungsoo yang akan dikenalkan dengan anak teman-teman ibu mereka yang masih belum tau siapa. Jin Hyuk jelas tertarik, tapi tidak berlaku untuk Myungsoo.

"Aku baik." Kim muda itu beringsut ketepian ranjang, merasa tidak sopan berbaring di tempat tidur saat kakak lelakinya datang. Jin Hyuk duduk di kursi tunggal yang ada di sana. Dia menatap lekat sang adik.

"Aku tau kau tidak puas dengan keputusan ibu," Jin Hyuk kembali memulai. Dia memainkan jari jemarinya dengan perasaan tidak enak. Entah kedua orangtuanya sadari entah tidak, tapi Myungsoo benar-benar terlihat tidak baik selama pembicaraan itu. Jin Hyuk menyadarinya, karena dia memperhatikan sang adik sejak awal. "Aku juga. Karena aku pikir, seharusnya aku saja."

Myungsoo menggeleng singkat, "tidak. Aku baik-baik saja."

"Kenapa? Masih belum berjalan baik dengan wanita itu?"

Myungsoo kembali menggeleng, "wanita mana? Tidak ada wanita manapun."

Jin Hyuk berdecih, "aku mengerti kalau kau tidak mau terbuka di depan ayah dan ibu, tapi di depanku? Untuk apa kau menyembunyikannya?" Dia menyandarkan punggungnya pada kepala kursi, kali ini terlihat lebih santai. "Apa kau lupa kalau kau sudah bercerita padaku sebelumnya? Bahwa pernyataan cintamu belum dibalas." Myungsoo terlihat menghela napas dan itu membuat Jin Hyuk tersenyum simpul, "jadi bagaimana? Masih belum mendapatkan jawaban darinya?"

"Ya. Aku rasa dia tidak menyukaiku."

"Jadi kau akan menyerah?"

"Tentu saja tidak." Myungsoo menjawab cepat, mengangkat kepala yang tadinya tertunduk dan beralih menatap Jin Hyuk lekat. Jin Hyuk tersenyum bangga melihat respon itu.

"Meski situasi diantara kami berdua cukup rumit, aku tidak ingin menyerah. Aku merasa ini adalah kesempatan terakhir untukku berjuang." Myungsoo sudah melewatkan kesempatannya sekali saat mereka berada di bangku sekolah, jika dia kembali melewatkan kesempatan kali ini, maka dia benar-benar gagal dan akan menyesal. Myungsoo tidak ingin itu terjadi. Dia tidak ingin ada penyesalan.

"Aku tidak tau situasi rumit apa yang ada diantara kalian berdua, tapi aku mendukungmu untuk terus berusaha." Jin Hyuk berdiri, dia mendekati Myungsoo dan menempatkan tangannya di bahu sang adik, apapun hasilnya nanti, aku harap kau telah melakukan yang terbaik." Menepuk bahu itu pelan kemudian dia bergerak mundur. "Jangan terlalu pikirkan perkataan ibu tadi, itu hanya pertemuan biasa yang bisa kau gagalkan dengan mudah. Kau mengerti maksudku, kan?" Myungsoo mengangguk paham.

"Ya sudah. Jangan memasang wajah sedih terus, tidak cocok untukmu." Ledek Jin Hyuk kemudian, tidak memancing rasa kesal Myungsoo sama sekali karena sang pria malah tertawa. "Baiklah." Responnya, manis. Jin Hyuk lupa kapan terakhir kali Myungsoo memberikan respon semanis itu padanya.

-oOo-

Myungsoo menyadari bahwa pesan untuk Suzy tidak terkirim. Dia bahkan tidak bisa menghubungi sang wanita via telepon. Ada sesuatu yang aneh hingga ia termenung cukup lama di balik meja kerjanya. Sang pria berpangku tangan, menatap layar ponsel yang menampilkan nomor Suzy.

"Apakah dia memblokir nomorku?" Bertanya pada diri sendiri. Myungsoo tidak suka gagasan tersebut, karena kenapa tiba-tiba Suzy memblokir nomornya? Tidak seperti dia mengirim pesan spam tidak tau waktu.

Bad Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang