Tiga Puluh Enam

514 75 17
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

[ Tiga Puluh Enam ]

Semenjak resmi menjalin hubungan, Suzy benar-benar harus terbiasa dengan segala jenis skinship yang sering Myungsoo lakukan. Pria itu selalu menempel padanya. Pelukan, kecupan, ciuman― adalah hal biasa. Suzy sama sekali tidak risih, meski kadang Myungsoo melakukannya hampir setiap saat dan dengan durasi yang lama.

"Kau benar-benar menguji kesabaranku." Lirihan pelan sang pria di ceruk lehernya masih dapat Suzy dengar dengan jelas. Dia tersenyum simpul, "memangnya apa yang aku lakukan?" melontarkan tanya dengan maksud menggoda. Dia bicara seakan tidak mengerti apapun, padahal sebenarnya dia sangat paham ke mana arah kalimat Myungsoo tersebut.

Mengangkat wajahnya dari tempat persembunyian itu, Myungsoo menatap wajah Suzy lekat-lekat. Sang wanita Bae memasang ekspresi bertanya-tanya, dia berakting dengan sangat baik. Myungsoo seketika mendengus, "lupakan saja." Ucapnya, kembali menempelkan kulit wajahnya di leher Suzy. Tanpa Myungsoo lihat, Suzy kembali tersenyum simpul.

"Lupakan... apanya?" Dia sengaja bergerak di atas pangkuan sang kekasih membuat Myungsoo mendesis singkat dan berkata, "jangan banyak bergerak." Memberikan perintah.

"Kenapa?" Tanya Suzy lagi, dengan nada protes yang ia buat-buat. Menggoda Myungsoo seperti ini dan melihatnya frustasi guna menahan diri ternyata cukup menyenangkan juga.

"Kau sengaja, kan?" Myungsoo berbisik, tepat di depan telinga sang wanita. Setelahnya dia mengangkat wajahnya dan mempertemukan netra mereka, saat itu Suzy kembali menarik kedua sudut bibir. Senyuman itu sungguh membuat Myungsoo gemas. Sesuai dugaannya, Suzy sengaja. Dia jelas tau.

Keduanya saling tenggelam dalam netra satu sama lain saat bel apartemen tiba-tiba berbunyi. Cukup nyaring hingga membuat Suzy tersentak kaget di atas pangkuan Myungsoo, tatapan mereka terputus karena hal tersebut. Saat Suzy kembali menatap Myungsoo dengan tatapan tanya, sang pria menghela napas. Satu-satunya orang yang tau alamat apartemen barunya adalah Jin Hyuk, apakah kakak lelakinya itu kembali datang malam ini untuk membuatnya kesal? Kalau memang iya, maka pria itu berhasil. Myungsoo sudah merasa kesal sekarang.

"Aku akan membukakan pintu." Suzy berdiri dari tempat duduknya yang merupakan kedua paha Myungsoo. Sebelum ia bergerak menjauh dari ranjang, Myungsoo terlebih dahulu meraih tangannya dan berkata― "tidak. Biar aku saja." Pria itu berdiri. Sebelum meninggalkan kamar, ia masih sempat-sempatnya mencuri kecupan singkat di salah satu pipi Suzy. Membuat mata Suzy membulat sempurna, dia tidak menyangka akan diserang seperti itu.

-oOo-

Benar― Jin Hyuk kembali datang ke apartemen Myungsoo dan juga Suzy. Hanya saja kali ini dia tidak sendiri, melainkan bersama kedua orangtuanya juga. Myung-ryul dan Sang Sook masing-masing menenteng hadiah pindah rumah yang mereka persiapkan untuk Suzy dan juga Myungsoo.

"Jangan menatapku seperti itu," Jin Hyuk langsung menuding Myungsoo dengan jari telunjuknya saat ia dan sang adik bertemu tatap. Tatapan Myungsoo kepadanya seolah menyalahkan. "Ini bukan ideku. Ibu menelepon dan memaksaku ikut serta karena mereka tidak tau alamatnya." Jelas sang pria lagi, tidak ingin disalahkan oleh sang adik. Mendengar itu, Myungsoo mendengus.

"Kenapa ayah dan ibu datang sekarang? Kami tidak memiliki apapun untuk disuguhkan." Ucap Myungsoo, melirik ke arah ayah dan ibunya yang kini melihat sekeliling. Suzy yang ternyata sudah keluar dari kamar menyapa kedua orangtua Myungsoo.

Bad Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang