--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
[ Dua Belas ]
Memiliki empat pekerjaan dalam satu hari memanglah berat, namun Suzy menikmati momen momen melelahkan itu karena hanya dengan kesibukan lah dia bisa bernapas dengan ringan. Saat dia memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri, Suzy merasa semuanya terasa berat. Dia memikirkan banyak hal. Terutama hal-hal buruk yang terjadi pada dirinya. Menangis tidak bisa merubah apapun, bahkan tidak rasa sesak di dadanya.
Menyandarkan kepalanya di jendela bus, Suzy memejamkan mata rapat-rapat. Dia bekerja begitu keras tanpa memikirkan hari esok. Dia bahkan tidak berpikir memiliki masa depan yang berbeda. Suzy bertekad untuk hidup seperti ini selamanya. Mungkin itu lebih baik.
Kendaraan yang membawanya itu berhenti di sebuah halte, Suzy buru-buru keluar dan melihat sekitar. Dia masih punya waktu lebih sebelum shift kerja yang berikutnya di mulai, karena itu dia memilih untuk pulang terlebih dahulu untuk berganti pakaian. Mungkin karena saat ini sedang musim panas, dia merasa harus lebih sering berganti pakaian.
Sudah cukup lama tinggal di area tersebut tidak membuat Suzy benar-benar merasa nyaman setiap dia menyusuri jalan dengan lampu-lampu jalan yang remang-remang itu. Ada beberapa mobil yang terparkir di badan jalan dan tembok tembok rumah tak berwarna yang ditempeli stiker. Tidak banyak orang yang berlalu lalang, dan banyak rumah rumah kumuh dengan penerangan yang sangat minim.
"Hei kau!"
Suzy mencoba mengabaikan panggilan tersebut dengan berjalan cepat. Dia tidak melihat sang pemanggil tapi entah bagaimana dia merasa panggilan itu memang tertuju untuk dirinya.
"Sialan, kau mengabaikan aku?" Langkah kaki Suzy semakin cepat bergerak, perasaannya tidak salah— pria di belakangnya itu membuntuti.
"Hei! Nona muda Bae!"
"Agh!" Suzy memekik saat lengan atasnya ditangkap. Kalah kuat, tubuhnya diputar hingga ia terpaksa menghadap wajah pria yang mengikutinya itu.
"Kenapa kau mengabaikan aku?"
Suzy menatap wajah pria itu, keningnya berkerut seakan mencoba untuk mengingat.
"Kau tiba-tiba saja pindah," pria paruh baya itu tertawa, "kau pikir mudah bagiku untuk mencari alamat tempat tinggalmu nona muda Bae?"
Suzy mencoba melepaskan lengannya dari genggaman pria itu, namun harus ia akui bahwa itu sulit. "Kenapa paman mencariku?" Suzy ingat siapa sosok pria yang berdiri di hadapannya saat itu. Dia adalah salah satu korban penipuan yang ayah dan ibunya lakukan di masa lalu.
"Kenapa kau bilang?"
"Ya. Kenapa?" Saat pria itu lengah, Suzy menarik lepas tangannya. Dia mundur selangkah, "urusan kita sudah lama selesai. Aku sudah membayar ganti rugi sesuai dengan uang yang paman keluarkan." Ia mengambil langkah mundur lagi, hal itu ia lakukan karena pria di hadapannya mengambil langkah maju.
"Kau pikir dengan membayarku kembali urusan kita selesai? Kau tidak tau apa saja yang telah aku lalui karena orangtuamu?"
"Aku tidak mau tau." Ini bukan pertama kalinya Suzy menghadapi pria di hadapannya sekarang. Dulu, sebelum ia pindah tempat tinggal, pria ini juga datang dan meminta uang padanya. Padahal dia sudah membayar uang ganti rugi dengan semua yang ia miliki tepat setelah kedua orangtuanya meninggal.
"Aku sudah membayar semuanya. Aku tidak punya hutang apapun lagi dengan paman." Suzy mengambil langkah mundur lagi, kemudian dia berbalik dan ingin berlari, namun— "agggh!" dia kalah cepat. Pria itu menarik rambutnya dengan keras kemudian membantingnya hingga menabrak dinding yang tidak rata. Suzy luruh ke bawah. Saat ia mengangkat kepala— plak! Sebuah tamparan keras mendarat di wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life [END]
Fiksi PenggemarTidak ada seorang pun yang benar-benar memiliki kehidupan yang buruk. Bahkan tidak ada yang namanya hari buruk sekalipun. Hanya ada momen buruk yang pastinya akan berlalu. Ya, Suzy juga berpikir demikian. Dia pikir momen-momen buruk itu hanya akan b...