Lima belas

2K 198 15
                                    

Pov Jennie

Saat aku terbangun sinar matahari sudah menghampiri pipiku dengan hangat, tirai jendela Lisa yang bermotif bunga kuning sudah terbuka lebar. Aku yakin Lisa meninggalkan kamarnya setelah dia membersihkan dirinya sendiri.

Rasanya badanku begitu berat dan pengar, alkohol yang tidak begitu banyak aku minum tadi malam membuat kepalaku sedikit sakit.

Aku berjalan turun ke bawah setelah mencuci wajahku dan menyikat gigi, ada Ibu Lisa dan Lia di dapur tapi aku tidak menemukan Lisa di sudut rumah manapun.

"Kau sudah bangun?" Ibu Lisa menghampiriku dan membiarkanku duduk di meja makan yang sudah ada beberapa makanan. "Aku tidak tahu apa yang kau suka tapi Lisa bilang kau tidak suka Pisang."

Informasi itu membuatku terkejut, sejak kapan dia tahu apa yang tidak aku sukai? Terkadang Lisa susah di tebak.

"Lisa ada di belakang rumah." Ucap Lia seolah-olah membaca pikiranku.

"Terima kasih." Kataku yang kemudian meninggalkan dapur dan menuju belakang rumah. Di sana aku melihat Lisa sedang duduk di ayunan kayu yang cukup lebar. Dia menundudukkan wajahnya dan membiarkan ayunan itu menyerat kakinya ke depan dan ke belakang.

Aku berjalan dalam diam, mengamati setiap tarikan napasnya yang berat.

"Hembusan napasmu bisa membuat semua tanaman layu."

Dia mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Mau bergabung?" Lisa bergeser sedikit ke ujung untuk memberikan ruang bagiku, dengan senang hati aku duduk di sampingnya. Paha kami bersentuhan dan lengan kiri Lisa berada di belakang bahuku untuk menggenggam erat tali ayunan.

"Apa ada masalah?"

"Tidak."

"Masalah Justin?"

"Kau sudah menyelesaikannya dengan mudah." Dia tersenyum dan mengedipkan mata.

"Aku minta maaf karena berkata yang tidak pantas."

"Oh ayolah Jen, itu pantas untuknya."

"Tapi-"

"Dia pantas mendengar itu, ya... walaupun aku sedikit tidak percaya kau mengatakan itu di depannya." Lisa tersenyum sambil menunduk. "Jikapun aku berada di posisimu aku juga akan mengatakan hal yang sama untuk pacarku."

Aku memandangnya dengan penuh banyak pertanyaan, kata-kata pacaran, sayang, kekasih adalah hal yang sekarang membuat jantungku berdetak berbeda, seakan ada sesuatu yang akan meledak.

"Kau benar." Kataku mengalihkan pandangan dari matanya. "Ibumu sudah menyiapkan sarapan, kau tidak bergabung?"

"Melewatkan sarapannya adalah hal yang mustahil, kau akan tahu bagaimana taco buatannya begitu lezat." Lisa berdiri, dia merapikan celananya yang sedikit kusut. "Ayoo" ucapnya sambil menarik lenganku.

....

Lisa memeluk Ibunya setelah kami memutuskan untuk kembali ke seoul. Dia memeluk ibunya dengan erat, aku bersandar di mobilnya untuk memperhatikan betapa hangatnya keluarga mereka.

"Jaga Ibu, jangan jadi anak yang membangkang." Ucap Lisa mengelus kepala Lia dengan kasar sambil tertawa.

"Semoga dia tidak menyusahkanmu." Ibu Lisa memelukku dengan hangat sambil menyinggung anaknya.

"Percayalah dia tidak pernah menyusahkanku."

"Bolehkan aku mampir ke tempatmu jika aku ke Seoul?" Lia mengahampiriku.

The secret relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang