tujuh

2K 231 3
                                    

Lisa duduk di antara teman-teman nya yang ada di club bola, di sana juga ada Rose dan teman dari kampus. Sebagian dari club bola adalah teman sekampusnya dulu, mereka tidak pernah menghakimi Lisa dan mereka juga tidak pernah menjauhi Lisa ketika wanita itu memutuskan untuk keluar dari kuliahnya.

Sekarang di antara teman-temanya, Lisa memegang dua gelas shot alkohol, matanya sudah merah, pandangannya sudah kabur karena dia meneguk begitu banyak alkohol malam ini.

"Jawab saja pertanyaan mereka Lisa, kenapa kau harus meneguk gelas ke 10 mu." Rose memperingatkan temanya, sebab setiap Lisa kalah permainan dia selalu mendapatkan pertanyaan tentang hubungannya dengan Jennie. Awalnya dia tidak suka permainan ini karena dia tahu bahwa teman-temannya akan menjebaknya.

Untuk menghindari jawaban yang salah, dia selalu memilih untuk meneguk alkoholnya.

"Ah sial ! Kita tidak mendapat jawaban lagi."

Lisa meneguk gelas pertama dan dia hampir memuntahkannya. Semua orang tertawa dan mengetuk-ngetuk meja untuk tegukkan kedua.

"Jika kau memuntahkannya kau harus membawa Jennie ke acara ultah club kita minggu depan." Seulgi berdiri dan yang lain menyetujuinya.

Lisa menggelengkan wajahnya sekuat mungkin, berharap janji itu tidak akan pernah terjadi. Dia menarik napas, memandang satu persatu temannya dan pandangannya jatuh ke mata Rose. "Rossie...jika aku pingsan, jangan bawa aku pulang ke rumah Jennie."

"Sesuai janjiku." Rose mengedipkan mata, menunggu Lisa meneguk gelas keduanya.

Dia mengangkat gelasnya ke bibir, menseruputnya pelan dan meneguknya sampai habis.

"Satu..." Seulgi memukul meja sambil kegirangan. "Dua..." Dia mematap Lisa yang memejamkan matanya menahan perutnya yang berputar. "Ti...ga." semua berteriak dan Lisa berhasil menahan gejolak perutnya yang ingin muntah.

"Tunggu." Rose menaikkan alisnya, menyingkirkan sebagian rambutnya ke belakang bahun. "Dia akan muntaaaah." Rose keluar dari meja dan menjauh.

Lisa memuntahkan minumannya ke bawah meja dan dia terjatuh lemas sambil tertawa bodoh. "Aaish, kalian menang." Katanya sambil memukul-mulul meja.

"Kau tidak ajan sanggup 10 gelas bodoh." Rose menepuk punggungnya dengan geli. Dia sangat tahu bagaimana Lisa akan bertindak saat 10 gelas masuk ke dalam perutnya.

"Tepati janjimu Lisa.

....

Jennie mondar mandi di dalam kamar, kemudian dia keluar ke dapur, mengambil minum dan meneguknya. Sudah sangat malam tapi Lisa belum pulang. Seharusnya dia pulang lebih awal tapi wanita itu belum pulang juga.

Biasanya Lisa selalu memberi kabar jika dia akan pulang telat. Entah bagaimana hampir dua bulan tinggal bersama membuat mereka semakin dekat dan saling membutuhkan. Mereka selalu menghabiskan waktu di akhir pekan dan bertukar cerita tentang banyak hal. Perasaan Jennie terhadap Lisa tumbu menjadi sesuatu yang menggelitik perutnya. Jennie masih menganggap perasaan yang tumbuh terasa aneh itu adalah perasaan seorang teman.

"Hallourr"

Jennie melihat layar handphonenya untuk memastikan bahwa yang dihubunginya adalah nomor Lisa.

"Lisa?" Dia bertanya sedikit ragu karena itu bukan suara Lisa.

"Oh Jen, ini aku Rose."

"Rose? Oh ya....apa Lisa bersamamu?"

"Ya. Tapi dia sedikit mabuk jadi..."

The secret relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang