09.

231 35 3
                                    

A L M O S T •


"Jian"

"Angkasa.."

"Jiandra"

"Sa tunggu.."

"Jian, bangunn"

"Jiandra bangun!"

Kelopak mata Jiandra berkedut, ia membuka matanya dengan perlahan. Begitu kesadarannya mulai terkumpul Jiandra langsung terbangun dari sofa dan memeluk sosok dihadapannya,

"Jangan kemana-mana lagi gue mohon"

"Jiandra badan lu panas banget buset"

"Angkasa"

"Gue bukan Angkasa! Anjir ini badan lu panas banget"

"Sa gue mohon jangan pergi.. gue mohon, Sa"

Dani menghela nafas, tangan yang tergantung itu perlahan mulai bergerak membalas pelukan Jiandra,

"Angkasa..."

"Iya ini gue disini gak kemana-mana, tenang ya", Ucap Dani seraya mengelus punggung Jiandra yang bergetar, "It's okay, Jiandra", Entah sebab apa yang membuat Jiandra semalaman tidur di ruang tamu hingga jatuh demam seperti ini.

Cklk

Dani menoleh dan mendapati Harvis keluar ruangan dengan wajah terkejut, Dani sigap meletakan jari telunjuk didepan bibirnya mengisyaratkan Harvis untuk tetap diam. Dengan sekuat tenaga ia berdiri dengan posisi Jiandra masih dalam pelukannya, Harvis langsung ikut membantu dengan membukakan pintu kamar Jiandra,

"Bang Aji sakit?"

"Iya, dia semaleman tidur di ruang tamu kayaknya, badannya panas banget"

"Gue bikinin air hangat ya buat kompres"

"Makasih, Pis"

Harvis langsung keluar meninggalkan Dani juga Jiandra di dalam kamar.

Mata Dani mulai mengedar luas melihat keseluruhan kamar Jiandra. Tidak terlalu signifikan, kamarnya terlihat kosong tanpa banyak barang dan bernuansa gelap. Jika diingat-ingat, Dani satu-satunya penghuni kos yang pertama menginjakkan kaki di kamar Jiandra. Dani menatap wajah Jiandra yang masih tertidur, perlahan ia berdiri untuk melihat deretan buku di meja belajar,

"Buat hitungan mahasiswa songong, lu rajin juga ternyata ya" komen Dani dengan terus melihat-lihat tiap sudut kamar Jiandra, hingga langkahnya terhenti di lemari kayu samping lemari pakaian, disana tertata rapih piagam dan piala dari beberapa lomba yang diikuti Jiandra semasa sekolah, Dani akhirnya terfokus pada frame foto yang menampakkan wajah Jiandra, David serta yang diyakini Dani sebagai Angkasa, ini adalah foto kedua yang Dani lihat selain di ponsel David. Jiandra tampak tersenyum lepas, sebuah senyuman yang kini Dani paham perbedaannya dengan senyuman saat berpapasan dengan wanita di kampus kala itu.

"Bang Dani"

Dani langsung melangkahkan kaki membuka pintu kamar, ia mendapati Harvis tengah membawa mangkuk besar berisi air hangat dan handuk kecil.

"Makasih, Pis"

"Gue tinggal ya bang, kalau ada perlu apa-apa panggil gue atau anak-anak aja"

"Gak nemenin gue?", Harvis hanya tersenyum dan langsung menarik pintu kamar Jiandra meninggalkan (lagi) Dani seorang diri di dalam sana.

Dani meletakan mangkuk air di meja nakas samping tempat tidur, ia dengan gerakan pelan mulai duduk di pinggir kasur, matanya menatap wajah Jiandra yang tampak gusar,

A L M O S T (HoonSuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang