Jiandra yang saat itu masih fokus berdiskusi dengan tim event tidak menyadari ada notifikasi masuk di ponselnya, Abi yang berada disebelahnya langsung menyenggol lengan Jiandra guna menginfokan pesan masuk di ponselnya. Jiandra terperanjat begitu membaca nama Danis. Tangannya sedikit bergetar ketika membalas pesan singkat tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jiandra tentu sedikit kecewa namun setidaknya ia bisa bernafas lega karena Dani mau menemuinya setelah satu minggu ia menghilang tanpa kabar.
"Selebihnya Abi yang lanjut ya"
"Loh lu mau ke mana?"
"Ada urusan"
"Ji, kita kan ada agenda makan-"
"Bi tolong ya" Jiandra memotong ucapan teman satu tim nya seraya menepuk pundak Abimanyu.
"Dia tuh suka tiba-tiba begitu kenapa sih?"
"Inget gak lu pada berapa hari ini dia se-lesu apa, terus sekarang tiba-tiba langsung sumringah mana buru-buru banget. Padahal hari ini kita ada agenda makan siang sama tim sponsor"
Abi yang saat itu ada di lokasi hanya tersenyum mendengar ocehan teman satu tim nya mengenai tingkah Jiandra. Abi yang mengetahui problem Jiandra tidak banyak berkomentar.
. . . .
Dani menghela nafas begitu selesai mengetikkan pesan singkat kepada Jiandra, ia pikir Jiandra tidak akan merespon pesannya namun saat notifikasi nama Jiandra muncul Dani justru kembali memblokir nomor tersebut dan langsung meletakan ponselnya di meja nakas. Kini pikirannya kembali mengambang, tatapannya terfokus pada langit-langit kamar, dengan perlahan ia mencoba memejamkan mata untuk menghilangkan pemikiran yang menganggu. Disaat seperti inilah Dani biasa kembali terperangkap dalam bunga tidur yang melelahkan dan terasa semakin nyata. Dani selalu sulit membedakan antara potongan ingatannya atau memang sebatas mimpi yang rancu.
Semilir angin yang masuk melalui sela jendela kamar membuat kesadaran Dani semakin menjauh, ia merasakan tubuhnya seolah ditarik masuk kedalam lorong panjang yang gelap nan menyesakan, tubuhnya dibawa mengambang entah kemana hingga akhirnya kaki Dani berpijak disuatu tempat yang cukup asing. Dengan wajah bingung ia mulai melihat keselilingnya, kini Dani sadar saat ini ia berada di rooftop suatu sekolah. Dani menoleh kala telinga nya menangkap suara samar layaknya perbincangan dua atau tiga orang, dengan langkah berat ia mencoba menghampiri sosok dihadapannya, matanya memicing menatap dua orang yang saat ini tampak sedang memegang suatu benda ditangan, sayang nya Dani tidak dapat melihat dengan jelas wajah mereka. Dengan ragu ia mencoba menyentuh sosok dihadapannya namun tangannya hanya bergerak menyapu udara.
"Ini ada kandungan kacangnya, Sa!"
Penglihatannya seketika jelas, cukup membuat Dani terkejut. Namun tak lama ia tersadar dari tidurnya dengan nafas terengah.