14

230 35 8
                                    

• A L M O S T •


Dani tidak mempercayai ramalan apapun termasuk ramalan cuaca. Pagi tadi ia tanpa sengaja membaca ramalan cuaca yang bilang hari ini akan cerah dengan presentase kemungkinan hujan dibawah dua puluh persen, namun kenyataan justru sebaliknya. Dengan perdebatan tidak jelas di toko tadi cukup membuat Dani murka, kini amarahnya semakin menjadi saat ia terpaksa berteduh di halte bus yang tidak terlalu besar akibat hujan yang turun tanpa peringatan.

Angin yang bertiup cukup kencang tak membuat Dani lolos dari cipratan air yang kini sudah membasahi sebagian bajunya. Melihat itu, Jiandra tanpa pikir panjang melepas jaket kulitnya dan menyerahkannya ke Dani. Sempat saling berdebat karena Dani terus menolak pertolongan tersebut namun berakhiran ia mengenakan jaket tersebut karena Jiandra mengucapkan kata 'Maaf'.

"Ada penginapan gak sekitar sini?," tanya Dani kepada Jiandra yang saat ini terlihat seperti anak anjing yang tercebur kedalam kolam,

"Ada tapi jaraknya kurang lebih sepuluh menit." Dani menghela nafas saat mendengar jawaban Jiandra. Jika ia memaksa untuk menyambangi lokasi tersebut, hal pertama yang mereka dapat bukan lain selain basah kuyup namun Dani tidak yakin jika ia dapat bertahan terus-terusan seperti ini untuk waktu yang belum pasti.

"Mau nerobos gak?." Tanya Dani penuh harap, Jiandra pun tampak ragu namun setelahnya ia menyetujui tawaran tersebut.

Jiandra menukar helm bogo Dani dengan helm full face miliknya, Dani tidak berdebat seperti saat Jiandra menyuruh Dani menggunakan jaket miliknya tadi, tanpa komentar apapun ia langsung mengenakan helm milik Jiandra, kini wajahnya aman tanpa harus khawatir terkena cipratan air.

Meleset dari perhitungan, mereka tiba disebuah tempat asing setelah lima belas menit perjalanan. Dani menggigil bukan main, wajahnya sudah pucat, mereka disambut wanita tua sekitaran umur enam puluh, ia menatap Dani dengan iba dan bergegas memberikan handuk bersih kepada Dani dan Jiandra,

Dani tersenyum dan langsung menuju kursi rotan sesuai arahan Jiandra, ia sibuk menggosok kedua tangan sesekali meniupnya. Dani memperhatikan punggung Jiandra yang saat ini sibuk mengobrol dengan wanita tua disudut ruang. Tempat ini bukanlah penginapan seperti yang dimaksudkan oleh Dani, melainkan sebuah panti asuhan sederhana bernuansa tradisional.

"Nak Dani?," Dani yang tadi sempat hilang fokus dibuat terkejut saat wanita tua yang belum lama ia lihat tengah mengobrol dengan Jiandra kini sudah duduk disampingnya dengan senyuman hangat, ia meraih tangan Dani dan menepuk-nepuk nya lembut,

"Malam ini tidur disini ya, ada kamar kosong disana."

"O-oh iya."

"Nama ibu Hana, tapi anak-anak biasa panggil ibu Oma. Oma pemilik panti dan Jiandra salah satu anak yang sempat tinggal disini." Dani langsung menoleh kearah Jiandra saat mendengar ucapan Hana, ia menagih konfirmasi atas ucapan wanita tua dihadapannya saat ini.

"Oma, Dani udah kedinginan, kita izin ganti pakaian." Tapi Jiandra justru mengalihkan pernyataan tersebut dengan ocehan lainnya.

"Ah iya iya maaf, Oma terlalu senang melihat kalian- melihat Aji main kesini setelah sekian lama. Ayo ayo Aji bawa Dani ke kamar, biar Oma siapkan teh hangat untuk kalian."

"Makasih Oma, ayo."

Dani langsung beranjak dan mengekori Jiandra menuju ruangan yang dituju, namun langkahnya sempat tertahan. Bisa dikatakan ada dua tempat yang dibenci Dani, pertama adalah Rumah Sakit dan yang kedua adalah lokasi yang saat ini terpampang nyata dihadapannya, lorong dengan penerangan minim.

Kilat petir yang terlihat dari jendela memberi efek terang sekilas waktu, Jiandra menoleh dan mendapati Dani yang masih terdiam.

"Ayo, mau tidur di lorong?." Pertanyaan Jiandra menyadarkan lamunan Dani, ia bergegas menyusul langkah Jiandra dengan sedikit berlari dan spontan memegang ujung baju Jiandra.

A L M O S T (HoonSuk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang