The Lost Promise

794 82 3
                                    

Enjoy
_
_
_
_
_
_
_



Sore itu, perpustakaan kampus penuh dengan keheningan yang biasa, atmosfer yang akrab bagi Flora. Sebagai mahasiswa yang lebih suka tenggelam dalam kesunyian dan buku-buku, tempat itu sudah seperti rumah kedua baginya. Flora sedang sibuk merapikan tumpukan buku di meja resepsionis ketika pintu kayu besar perpustakaan terbuka, diikuti langkah-langkah yang tenang namun penuh keyakinan.

Masuklah Freya, seorang gadis dengan penampilan yang memikat siapa pun yang melihatnya. Rambutnya yang hitam legam tergerai sempurna di bahunya, mengayun lembut setiap kali dia melangkah. Matanya tajam dan penuh misteri, seperti menyimpan ribuan cerita yang siap diceritakan, tapi hanya kepada orang yang cukup berani untuk mendengarkannya. Hari itu, mata Flora tak bisa lepas darinya. Ada sesuatu yang berbeda dalam cara Freya bergerak—begitu mantap, begitu yakin. Flora langsung merasa ada hal besar yang akan terjadi sejak pertemuan mereka itu.

Freya mendekati rak buku dengan langkah pelan namun pasti. Flora, yang masih terperangkap dalam pengamatan diam-diamnya, tak sadar bahwa tatapannya telah terlalu lama terpaku pada sosok Freya. Dan tanpa disangka, Freya menyadari tatapan itu. Alih-alih merasa terganggu, Freya tersenyum tipis, senyum yang sederhana tapi mengandung sesuatu yang membuat Flora salah tingkah.

"Maaf, apakah buku Modern Philosophy masih tersedia?" tanya Freya, suaranya pelan namun tegas, seperti dia sudah tahu bahwa Flora pasti punya jawabannya.

Flora yang sedikit gugup, mencoba menormalkan suaranya yang sedikit bergetar. "Sepertinya buku itu sudah habis ... tapi ada beberapa buku lain di bagian filsafat yang mungkin bisa kamu lihat."

Freya mengangguk pelan, lalu tersenyum lagi. "Baiklah, terima kasih. Aku akan mencarinya."

Senyum itu ... ada sesuatu di baliknya yang membuat Flora merasa aneh. Seperti janji yang tak terucap, sebuah ketertarikan yang mungkin hanya bisa dipahami oleh mereka berdua. Freya berjalan menjauh, menuju rak lain, sementara Flora masih berusaha mengatur detak jantungnya yang entah kenapa terasa lebih cepat sejak pertemuan singkat tadi.

---

Hari-hari berikutnya, Freya sering terlihat di perpustakaan. Setiap kali, dia tak lupa menyempatkan diri berbicara dengan Flora, entah untuk bertanya tentang buku, atau hanya sekadar menyapa dengan senyum khasnya yang penuh pesona. Dari sekadar obrolan ringan, hubungan mereka perlahan berubah. Freya mulai mengajak Flora untuk duduk bersama di kafe kampus setelah jam kerja perpustakaan selesai.

"Aku suka tempat ini, terasa damai," kata Freya suatu sore saat mereka berdua duduk di sudut kafe, masing-masing dengan segelas kopi hangat.

Flora tersenyum tipis. "Ya, damai. Sama seperti perpustakaan."

"Tapi ada yang berbeda," tambah Freya, menatap Flora dengan intens. "Aku merasa lebih nyaman di sini... ketika kamu ada."

Kata-kata itu, walau sederhana, membuat Flora tak bisa menyembunyikan senyumnya. Ada sesuatu yang tumbuh di antara mereka, dan Flora tahu, itu bukan sekadar pertemanan biasa. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin dekat. Setiap akhir pekan, Freya selalu punya ide-ide baru untuk menjelajahi sudut-sudut kota yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya. Dari kafe kecil yang tersembunyi hingga taman-taman rahasia di pinggiran kota, Freya selalu tahu cara membuat setiap momen bersama menjadi istimewa.

Freya adalah tipe orang yang tak pernah diam, selalu punya rencana, selalu mengajak Flora ikut dalam petualangannya. Sementara Flora, meskipun pada awalnya sedikit ragu, selalu mengikuti Freya dengan senang hati. Ada sesuatu yang membuat Flora percaya sepenuhnya pada Freya—seolah-olah, selama dia ada di sisinya, tidak ada yang perlu ditakutkan.

OS FreFlo -Selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang