🪐21🪐

10 6 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




                               ___..~..___


Angin menerpa pelan wajah manis alka. rumah sangat sepi tidak ada keramaian, tidak ada omelan. gadis itu benar-benar rindu dengan wanita yang selalu merawatnya dengan penuh kasih sayang. hidung mancungnya mengeluarkan nafas gusar, hari ini begitu membosankan pikir alka. mata indahnya memandang langit yang cerah sudut bibirnya langsung tertarik sempurna menampilkan senyum indahnya.

"Gue kangen elo na." alka berucap lirih membayangkan kebersamaannya sewaktu bersama nana.

"Semarah itu lo sama gue, kalau pun ada uang yang hilang di dompet lo. gue sanggup bayar berapa pun itu." suaranya kembali terdengar oleh kuping nya sendiri ingatannya masih berimajinasi bersama nana di masa lalu.

"Mau masuk lima hari lo nggak nyapa gue. gue kangen na." entah kenapa alka ingin menangis tetapi air matanya tak kunjung menampakan diri, hanya hatinya saja yang sakit karena diperlakukan seperti itu oleh orang yang sudah alka anggap sebagai keluarga, walaupun tidak mengenali nya begitu lama.

Pepohonan dan angin riuh yang menjadi saksi bisu dan nestapa gadis itu. ia bersandar pada deckchair di balkon rumahnya, tempat ini adalah tempat favorit alka sejak ia memasuki rumah karina pertama kali. pikirannya terus memikirkan masa lalu dimana kenangannya bersama sang ayah selalu terbayang membuat alka semakin tersenyum lebar.

"Sejak kamu dilahirkan, kamu sudah mencelakai ibumu!!. saya tidak ingin melihat wajah anak yang sudah membunuh istri saya!!."

"Sejak hari pertama kamu di lahirkan, kamu udah mencelakai wanita yang paling saya cintai selama hidup ini!!."

"Nggak!!! alka nggak ngelakuin itu yah!!" alka berteriak histeris dengan mata yang sudah mengeluarkan air mata. nafasnya memburu tangannya segera memegang dada yang sesak, dan tenggorokannya seakan dipaksa menelan batu begitu terasa sakit.

Mengingat masa lalu bisa membuka luka lama. alka bangkit dari tempat duduknya ia berjalan linglung dengan air mata yang sudah lepas terjatuh di pipi putihnya. tangannya melemparkan semua barang yang berada di dekatnya, suaranya mulai terisak parau.

Kata-kata orang yang ia sayangi berhasil luka membekas di hatinya sampai saat ini. siapa sangka alka dengan seribu senyuman manis, ceria, usil, dan konyol menyimpan beban luka yang di goreskan sendiri oleh sang ayah kandung. luka yang tidak akan pernah sembuh walaupun disembuhkan, luka itu akan semakin sakit dan mengeluarkan perih yang amat mendalam baginya.

Rumah sudah porak-poranda dibuatnya alka terduduk memeluk erat kedua lututnya, isakan terdengar pilu saat suara ayahnya masih terngiang-ngiang di telinga dan kepalanya. gelengan terus ia lakukan air mata semakin deras beriringan dengan isakan semakin memilukan.

"Nggak!! alka nggak mungkin lakuin itu sama bunda yah. alka sayang sama kalian hiks... hiks... a'ayahh hikss... hiks... a'alka ka-kangen ayah." omongannya tidak lagi normal karena banyak menangis mata indahnya mulai sembab. dada semakin sesak di buatnya ia benar-benar merindukan ayahnya.

Hai AlkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang