🪐27🪐

15 5 0
                                    

                                     

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                                      .
                                      .
                                      .
                                      -

Kelas Azain tampak sepi, pria itu sedang menjalani piket kelas. Terlihat wajahnya yang suntuk menekuk, bukannya terkesan jelek malah semakin membuat wajah itu tampan. Ia terlalu fokus dengan pekerjaannya, sampai tidak menyadari Alka yang masuk ke ruangan tersebut, lalu bersembunyi di meja guru.

Benturan benda yang berbentuk boneka terlihat di atas meja guru. Suara imut Alka terdengar menggemaskan di gendang telinga Azain. Pria itu tau, jika yang berada di balik meja tersebut

"Hai muridku. Huahahaha..." Suara menyeringai seakan dibuat-buatnya sendiri, Azain tidak berkomentar sedikitpun masih memperhatikan sejauh mana Alka melakukan lelucon kanak-kanak itu.

Azain berjalan pelan ke meja paling depan, kemudian duduk di atas meja yang berhadapan langsung dengan meja tempat persembunyian Alka. Bibirnya tersenyum manis dengan mata yang tidak berkedip melihat tontonan gratis yang Alka berikan padanya.

"Lo main apaan sih?."

"Bicara padaku dengan hormat."

"Aku adalah orang yang terhormat di muka bumi ini. Ada apa murid ku? Kamu sepertinya sedang sembelit." Ucapnya dengan suara yang sengaja di buat berat seakan seperti sedang berbicara pada iblis.

Hening beberapa saat sampai suara Azain terdengar membuat Alka yang berada di balik meja mendengarnya dengan saksama.
"Akhir-akhir ini saya stres, yang mulia." Azain memberitahukan dengan kaki yang mengayun pelan, sorot matanya masih menatap ke meja guru.

"Apa gerangan yang membuat kamu stres?. Padahal wajah udah oke, pinter main basket, pinter pelajaran, pinter bermain futsal. Dan masih banyak lagi." Azain terkekeh dengan jawaban Alka, sedang Alka memiringkan kepalanya bingung dengan ucapannya barusan.

"Masalahnya bukan itu yang mulia, saya stres karena perasaan saya." Entah dari mana asal fikiran itu, Azain berucap lantang tanpa ada rasa gugup. Tapi memang benar, hati Azain sekarang sedang di landa rasa bingung. Ia pun tidak mengetahui akan perasaan itu sendiri.

"Kamu ingin perasaan?." Garcep Alka dengan cepat, tidak mudah Alka menolak untuk tidak membahas perasaan. Apa lagi tentang perasaannya untuk Azain saat ini, dia pasti maju paling depan jika sudah menyangkut perasaannya pada Azain.

"Cobalah memikirkan orang yang kamu suka." Lanjutnya masih dengan suara serak dibuat-buatnya sendiri.

"Siapa yang mulia?." Sengaja Azain  berbicara seperti itu, sebab ia tau Alka akan berbicara gemas dengan gerakan yang lucu.

Dan benar saja, gadis itu berdiri dari persembunyiannya. Menatap Azain dengan nyalang, yang di tatap tidak menampilkan ekspresi apapun hanya menatap dengan senyuman yang tipis tak mampu Alka lihat.

Hai AlkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang