🪐16🪐

20 6 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




                                      .
                                      .
                                      .
                                      -


Jika dulu alka terbangun hanya untuk tidur lagi, sekarang jelas berbeda. ia terbangun guna memberikan makanan untuk sang kucing, alka tidak ingin membuat moki memarahinya karena terlambat memberikan asupan di pagi hari. kesehatan gadis itu sudah membaik sejak kejadian kemaren. ia pulih dengan begitu cepat.

Setelah memberikan makanan pagi untuk moki, alka beranjak dari tempatnya menuju kamar mandi. alkala akan berangkat sekolah hari ini, ia begitu semangat menjalani paginya. pikirannya melayang membayangkan azain, mengingat saja bisa membuatnya semakin cinta apa kabarnya jika bertemu secara langsung dengannya.

Adegan saat alka terkunci di dalam gudang, sekilas lewat begitu saja di pikirannya. hangat pelukannya membuat alka semakin terbuai. dan sikapnya bisa menjadi candu untuk gadis itu, ia menyukainya begitu menyukainya. membayangkan saja sudah berhasil membuat pipi cabby-nya semakin merah seperti warna tomat.

Tidak ada hari tanpa kata terlambat. alka baru saja sampai di kelas, jangan tanyakan perihal itu, karena karina lah yang membuatnya terlambat. tidak bisa walau sekali saja jangan berulah, ketika alka berangkat ke sekolahnya.

Alka duduk di bangkunya, sekaligus mulai mengeluarkan buku yang akan ia pelajari. sembari menunggu guru datang seperti biasanya. kening alka berkerut, dia mendecak melupakan sesuatu.

Gadis itu mencolek pundak temannya." na punya buku lebih nggak?, gue lupa bawa karena buru-buru." ucapnya berterus terang.

"Ada, cuman gue mau pake, sorry." jawab nana singkat masih melihat buku yang ada di tangannya. dahi alka berkerut, tidak biasanya nana mengabaikannya seperti ini.

"Oooh ya udah nggak papa, gue bisa beli." alka keluar kelas sedikit berlari.

Nana memandang alka dengan penuh rasa bersalah, kepulangannya dari rumah alkala membuat sikapnya pagi ini sangat berbeda. nana mulai mendekati tas alka, melihat sebentar benda yang berbentuk dompet itu. ia kemudian memandang kesana kemari memantau situasi. lalu tanpa pikir panjang, nana memasukkan dompetnya pada tas alka, entah apa masalahnya. sepulang dari rumah temannya itu, sikapnya berubah sangat aneh sekarang.

Setelah sudah nana memasukkan dompet-nya, ia kembali membaca bukunya. rasa khawatirnya membuat kening nya berkeringat sangat banyak, gadis itu tidak yakin dengan semua yang dia lakukan. tetapi jika tidak melakukan ini, bagaimana nasip nya nanti. sungguh menakutkan.

Dengan tergesa-gesa alka berlari cepat ke kelasnya, ia takut guru akan memarahinya jika telat datang ke kelas. dan alka bernafas lega melihat ruangan belum di masuk guru. alka berjalan santai menuju bangkunya, tidak lupa tersenyum pada nana. tetapi nana mengacuhkan gadis itu.

Hai AlkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang