🪐35🪐

12 5 1
                                    

                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                                     .
                                     .
                                     .
                                     -

"Alka." Nana mendekat, seperti biasa sorotan matanya tidak memiliki keberanian untuk menatap wajah Alkala. Butuh keberanian lagi untuk berbicara pada gadis itu, walaupun tak tau menahu akhirnya seperti apa.

Yang di panggil namanya langsung berhenti. Terdiam tanpa kata, menatap risih pada Nana. Sungguh sakit hatinya tidak bisa ia tahan ketika melihat wajah Nana. Ingatan itu rasanya terulang kembali, itu yang membuat senyum dan keceriaan Alka seperti di rampas kasar.

Rencana Alka pagi ini ingin menemui kembali Azain, mengingat tingkahnya kemaren membuat kepala gadis itu ingin pecah. Dan sekarang Alka harus meladeni Nana untuk saat ini, ingin rasanya pindah ke bulan jika bisa dilakukannya.

"Gu-gue minta maaf Al." Alka menarik nafas dalam-dalam, ia tau kata-katanya akan sama seperti itu. Kepalanya pusing, seumur hidupnya ia tidak pernah mendapatkan masalah rumit seperti ini.

"Udah nggak papa, gue udah maafin." Setelahnya kata Alka hanya berakhir seperti itu, apa yang bisa Alka lakukan? Jika berfikir suasana akan kembali seperti semula, itu salah besar. Sekarang Alka memaafkan tetapi tidak untuk kembali lagi seperti dulu.

Bibir Nana melengkung, ia tersenyum saat mendengar maafnya di terima. Kakinya melangkah, kedua tangannya ia  merentangkan ingin memeluk tubuh mungil gadis itu, sudah lama mereka tidak saling memeluk atau menempel satu sama lain. Tetapi Nana terkejut melihat Alka melangkah mundur seperti tak ingin memeluknya.

"Jangan mudah percaya sama gue. Karna gue mahir dalam menyukai dan ngebenci orang dalam satu wajah." Ujar Alka lalu menatap wajah Nana dengan sebelah mata, kakinya ia langkahkan meninggalkan Nana seorang diri dengan keadaan yang sudah menangis.

Hati Alka juga sakit melihat temannya seperti itu, ia tak ingin berbicara panjang lebar. Gadis itu memilih pergi dari hadapan Nana, jika tidak ia bisa melukainya dengan kata-kata tajamnya.

"Mulut gue nggak sopan saat gue marah, itu salah satu penyebab gue benci berdebat. Gue nggak nyesel dengan diam ini, justru gue nyesel dengan perkataan gue." Ucapnya dalam hati, biarlah dirinya seorang yang bisa mendengar keluh kesahnya. Itu tidak akan terlalu buruk untuk orang lain.

Alka sedikit berlari untuk segera sampai di tujuannya, hatinya berdebar kencang. Ia menyiapkan mental dan fisik untuk kembali menghadapi pujaan hatinya, kakinya berhenti saat sudah berada di depan kelas Azain. Ia melihat Azain sendiri sedang asik membaca buku, gadis itu lalu berjalan masuk dan berhenti saat berharapan dengan Azain.

"Kak Azain lagi ngapain?." Sebisa mungkin Alka bersikap biasa-biasa saja, walaupun hatinya sedikit takut menghadapi sikap Azain.

"Jangan ganggu gue." Hati Alka nyeri, nafasnya sesak mendapati sikap Azian yang kembali dingin dan acuh padanya.

Hai AlkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang