PROLOG

35 6 5
                                    

Never Ending

by Poetry Lune

"Give me a kiss."

Arora menggeleng tegas. "No."

Gadis itu berjalan meninggalkan Marshel yang wajahnya tertekuk kesal. Marshel mendekati Arora dengan langkah cepat.

"Why?"

Arora melihat ke arah Marshel sekilas. Ia tersenyum misterius. "Rahasia."

"Tell me!" Marshel menahan lengan Arora yang ingin kembali berjalan. Gadis itu menggeleng. Ia tertawa pelan melihat wajah cemberut Marshel. "Kenapa sih? 'Kan cuma di sini." Menunjuk sebelah pipinya sendiri. Lagi dan lagi Arora menggeleng tegas. "Ra!"

Arora melepas tawa puasnya melihat raut wajah frustasi Marshel. Arora berlari kecil ke depan taman. Ia menunjuk ke arah penjual es krim. "Beliin aku itu, nanti aku kasih tau."

"Anything for you." Marshel dengan semangat berjalan ke arah penjual es krim. Arora tersenyum melihat laki-laki itu yang menjadi penurut. Yah, meski ada maunya. Marshel menghampiri Arora dengan satu es krim di tangannya.

"Thaaank you."

Arora berjalan menuju kursi yang ada di taman. Marshel mengikutinya dan duduk disebelahnya. Sejak tadi ia menatap Arora seperti seekor kucing yang menunggu diberi makan. Bukannya Arora tidak sadar, ia hanya ingin menjahili Marshel sedikit lebih lama.

"Ra," panggil Marshel yang jadi kesal sendiri.

Arora berdeham singkat. Meletakkan kedua tangannya di atas paha sambil menggenggam cup es krim. Menoleh ke arah Marshel yang mengerutkan dahinya.

"Kiss me."

Arora menggeleng. "No."

"Why?"

"Karna..." Arora menggantung ucapannya, membuat Marshel mati penasaran. "Pipi kamu bekas bibir cewek lain."

***

TBC.

Don't forget to vote, comment and share this story.
If you like it, add to your library.
If you don't like it, just read until you like it. That's simple.

Cerita ini adalah kisah romantis remaja bertabur bumbu-bumbu kebaperan, air mata, dan sedikit kegilaan.
Selamat menikmati.

𐙚⋆°.LUNE

Never EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang