4. Yeah, I'm a Stupid Girl

8 4 0
                                    

Never Ending

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Never Ending

by Poetry Lune

Laki-laki itu memandang keluar jendela rumah sakit. Saat-saat dimana ia terbangun tanpa ingatan sama sekali, merubahnya menjadi sosok pendiam yang sering merenung. Tidak ada satu pun yang bersarang di otaknya saat ini. Kosong.

"Abang!"

Ia menoleh mendengar suara seseorang yang familiar. Airin, gadis yang mengenakan seragam biru putih itu baru saja kembali dari sekolahnya. "Gue bawa makanan," ujar Airin tersenyum sambil mengangkat plastik di tangannya. Mendudukkan dirinya di kursi sebelah ranjang pasien.

"Gue mampir beli bubur ayam Pak De deket kampus lo." Meletakkan bungkus styrofoam berisi bubur ayam di depan Marshel. "Pesenan lo yang biasa, tanpa kacang."

Laki-laki bermata cokelat muda terdiam menatap makanan di depannya. Pernyataan dari gadis di depannya saat ini benar-benar asing. "Lo bilang gue suka bubur ayam?" Melihat ke arah Airin dengan dahi mengkerut. Melihat anggukan dari Airin membuat ia memalingkan wajahnya ke samping. "Gue nggak suka."

Airin tertegun. Dengan perlahan menutup kembali bubur ayam itu, memasukkannya ke dalam plastik. "Makan dikit mau ya, Bang?" Menyodorkan sendok berisi nasi bubur kepunyaannya. Ia tersentak mendapatkan tatapan tajam dari Marshel.

"Nama lo Airin, 'kan?"

Kenapa pertanyaan itu terdengar menyakitkan? Dengan gemetar, Airin menjauhkan tangannya dari Marshel tanpa berani menjawab pertanyaannya barusan.

"Gue bingung! Gue nggak bisa ingat apa-apa! Tingkah lo seakan gue inget semua itu bikin gue makin bingung! Bisa gila gue lama-lama!" Ada kilatan amarah dan gelisah dari balik kedua mata laki-laki bernetra cokelat muda.

Airin menunduk. "Gue cuma--"

"Bahkan gue nggak yakin lo adek gue."

Sederet kalimat barusan berhasil merobek hatinya. Airin mendongak menatap Marshel tak percaya. "Bang Marshel!" Dadanya naik turun menahan sesak. Tanpa sepatah kata ia beranjak dari duduk, menutup kembali makanannya. Melihat Marshel dengan tatapan kecewa sampai akhirnya melangkah pergi dari ruangan tersebut.

Marshel, laki-laki itu menghela napas gusar. Beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi yang ada di dalam ruangan tersebut. Membasuh wajahnya di wastafel. Tanpa suara, hanya memandangi wajah yang terlihat asing dari balik cermin.

"Argh!" Marshel mengacak rambutnya frustasi. Wajah ini, wajah yang begitu asing. Sosok seperti apa sebenarnya dibalik wajah tersebut? Amarah, kebingungan dan rasa takut yang menyerbu tanpa memberikan ketenangan sedikit pun baginya. Bergumul bersama kegelisahan yang melingkari jiwanya, tanpa celah. Benar-benar tak bercelah.

Sementara itu, gadis muda yang masih mengenakan seragam putih biru duduk sendirian di taman rumah sakit. Menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan. Isakan yang terdengar jelas menandakan tangisannya yang pilu. Ia tidak ingin memikirkan apapun, semuanya terlalu rumit untuk diterima.  Tuhan, Airin rindu Nenek.

Never EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang