Never Ending
by Poetry Lune
"Rin!"
Gadis muda yang sudah rapi mengenakan seragam sekolah menoleh ke arah sang kakak. "Napa, Bang?" Dahinya mengkerut melihat penampilan Marshel. "Kelas pagi?" Bertambah bingung saat ia hanya menggeleng. "Jadi?"
"Mau nganterin lo."
"Tumben." Airin diam-diam tersenyum. Setelah selesai mengikat tali sepatunya, ia mengikuti Marshel keluar rumah.
"Nanti pulang jam 12?" tanya Marshel membantu Airin untuk naik ke atas motor sport miliknya.
"Iya. Lo mau jemput gue, Bang?"
Marshel mengangguk membuat senyum Airin semakin lebar. Meskipun masih bertanya-tanya apa yang merasuki kakaknya saat ini? Apa ingatannya sudah kembali? Laki-laki itu menarik gas motor dan melajukannya meninggalkan pekarangan rumah.
"Bang, lo--udah inget?" Marshel terdiam sebelum menggeleng tanpa suara. Binar di matanya meredup saat jawaban tak sesuai harapannya. Walau begitu, ia tetap bahagia, karena Marshel telah berusaha menjadi seperti dulu. Sebab Airin tahu, tidak mudah untuk bersikap sama tanpa adanya ingatan.
***
Perempuan berambut cokelat terlihat fokus pada iPad di tangannya. Saat ini ia duduk di taman Fakultas Hukum seorang diri. Melirik jam di layar gadget menunjukkan pukul sebelas siang.
"Marshel udah dateng belum, ya?" monolog Lauren memasukkan benda pipih itu ke dalam tote bag. Melangkah pergi melalui koridor kampus.
Senyum di wajahnya timbul saat melihat Marshel bersama yang lain. Dahinya berkerut bingung mendengar percakapan mereka.
"Lo jadi ikut nggak?" tanya Aksa. Mereka berniat berkumpul malam ini di rumah Aiden.
Marshel menggeleng. "Nggak. Gue ada janji sama Arora."
"Keknya hampir tiap hari lo pergi sama dia!" jengah Aksa memutar bola matanya malas. Marshel mengedikkan bahu acuh. Tatapan Aksa teralihkan oleh perempuan yang berdiri tak jauh dari mereka. "Loh, Lauren?"
Perempuan itu terkesiap sesaat. "H-hai! Kalian mau ke kelas ya?"
"Iya. Lo ngapain di sini?" Kali ini Bara yang melemparkan pertanyaan.
"Gue baru mau balik. Luan ya!" Melambaikan tangannya seraya berjalan menjauh dari mereka. Tanpa ada yang menyadari, ia diam-diam menyungging senyum miring.
***
"Gue hari ini nggak kerja." Gadis berambut sebahu memasukkan buku-buku ke dalam tas. Menyampirkan tas sekolahnya di bahu. Berjalan beriringan dengan sang sahabat keluar dari kelas.
"Kenapa?" tanya Kayza tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.
"Ntah tuh! Si Bos tiba-tiba ngasih cuti. Nggak heran gue, dia emang suka tiba-tiba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ending
Novela Juvenil"Kiss me." Arora menggeleng. "No." "Why?" "Karna..." Arora menggantung ucapannya, membuat Marshel mati penasaran. "Pipi kamu bekas bibir cewek lain." Arora Elania, remaja SMA tingkat akhir itu tidak pernah menyangka takdir akan mempertemukannya kemb...