Never Ending
by Poetry Lune
"Ayah mana, Nda?" Gadis berambut panjang mengikat tali sepatunya di depan pintu. Pagi ini, ia tidak bisa pergi menggunakan motor, sebab motornya sedang berada di bengkel. Jadi, ia akan berangkat bersama sang ayah.
"Bentar ya, Kak, Ayah masih makan," sahut sang ibu dari dalam rumah.
Gadis itu tak lagi menjawab, ia duduk di kursi teras sembari menunggu sang ayah. Sebuah motor sport terhenti tepat di depan rumahnya mengalihkan perhatian si gadis.
"Pagi, Za!"
Kedua mata Kayza melebar terkejut. "Kak Aiden! Lo ngapain ke sini?" Ia beranjak mendekati Aiden.
"Berangkat bareng gue." Mengisyaratkan untuk segera naik ke atas motornya. Kayza menggeleng tegas.
"Nggak, gue pergi bareng Ayah." Ia memukul pelan bahu Aiden dengan panik sambil sesekali menoleh ke belakang. "Cepetan lo balik! Nanti ketahuan sama Ayah bisa berabe urusannya!"
Aiden tak bergerak sedikit pun. "Bilang aja gue gojek." Kayza mengatupkan bibir gemas melihat keras kepala Aiden.
"Kak--"
Sial! Jantung Kayza berdebar kencang ketakutan. Suhu tubuhnya jadi panas dingin. Ia menoleh mendapati sang ayah yang menatap Aiden seolah ingin memakannya hidup-hidup.
"Siapa itu?"
"Calon--Aws!"
Aiden menggigit bibir dalamnya menahan sakit saat Kayza dari belakang diam-diam mencubit lengannya kuat. "Gojek, Yah!"
Dahi sang Ayah berkerut, merasa curiga dengan jawaban sang putri. "Gojek? Nggak jadi berangkat sama Ayah?"
"Iya, Ayah sih kelamaan makannya. Kakak jadi mesen gojek."
"Oh, ya udah."
Kayza menghela napas lega begitu kecurigaan sang ayah menghilang. "Kakak berangkat dulu, Yah!" Setelah berpamitan dengan ayahnya, ia berbalik hendak naik ke atas motor Aiden. Laki-laki itu memberikan tangannya, namun diabaikan oleh Kayza. Aiden mengerjap malu dan menariknya kembali. Kemudian melaju pergi meninggalkan pekarangan rumah gadis itu.
Setelah menempuh perjalanan sekitar sepuluh menit, mereka berdua sudah sampai di depan gerbang sekolah. Aiden mengulurkan kembali tangannya untuk membantu Kayza turun, dan kali ini si gadis memegang tangannya erat.
"Tadi nggak nerima tangan gue," cibir Aiden membuat Kayza memutar bola matanya malas.
"Ya lo pikir? Masak gue pegangan sama bang gojek! Yang ada Ayah gue curiga!" Ia lantas melangkah pergi. Namun, ucapan Aiden membuatnya kembali berbalik menghadap laki-laki itu.
"Gitu doang?"
Kayza diam memandangi wajah di depannya. "Oh, makasih. Sorry juga karna udah nyubit. Besok-besok nggak usah jemput gue." Tak ingin membuat percakapan ini semakin panjang, ia memilih untuk segera pergi dari sana menuju ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ending
Fiksi Remaja"Kiss me." Arora menggeleng. "No." "Why?" "Karna..." Arora menggantung ucapannya, membuat Marshel mati penasaran. "Pipi kamu bekas bibir cewek lain." Arora Elania, remaja SMA tingkat akhir itu tidak pernah menyangka takdir akan mempertemukannya kemb...