Never Ending
by Poetry Lune
Arora
Bara|
lo sibuk?|Bara
|kenapa?Arora
gue mau nanya soal Lauren|Bara
|Lauren sepupu gueArora
sejak kapan mereka berdua kenal?|Bara
|dari kecil
|pernah pacaran juga
|putus nyambung tiga kaliArora
dia baru balik dri Amrik ya?|
Kak Marshel dulu prnh cerita|Bara
|iya
|kenapa lo tanya lagi sama gue?Arora
dia nggak cerita semua|
cuma bilang mantannya di Amrik|
yauda Bara|
thanks|Bara
|iyaHelaan napas terdengar dari gadis berambut sebahu yang bersandar pada punggung kursi. Melirik jam di atas meja belajar menunjukkan pukul sebelas malam. "Laper," gumam Arora. Memutuskan untuk pergi ke dapur.
Arora membuka tutup saji, hanya tersisa telur ceplok dan sedikit nasi tapi cukup untuk mengisi perutnya. Ia menoleh mendengar langkah kaki seseorang mendekat.
"Ngapain lo tengah malem di dapur?" Geo menatap sang adik dengan dahi berkerut.
"Laper." Ia membuka pintu kulkas, mengambil botol kecap ingin menuangkannya ke atas nasi. Namun, pergerakannya terhenti merasa ada yang aneh. Mengamati botol berwarna pink di tangannya. "Apaan nih anjir?" Sampai matanya menemukan satu kata pada label botol. "Buset! Siapa yang naruh shampo di kulkas?"
Geo yang sedang meminum segelas air melirik Arora. "Gue, kenapa?"
Gadis itu menatap sang kakak syok. "Ngapain anjir lo ngeletak shampoo di kulkas? Gue pikir kecap. Untung belum gue tuang." Mengembalikan shampoo itu ke dalam kulkas dan menggantinya dengan botol kecap yang benar.
Geo mengedikkan bahu. "Ya nggak apa-apa! Kan enak nasi rasa shampoo. Bisa dicoba!"
Arora mendelik sinis. "Bisa mati yang ada!" Menarik kursi untuk duduk dan lantas menyantap makanannya.
"Jangan lama-lama lo tidur!" Geo melangkah pergi dari sana setelah mendengar adiknya berdeham.
***
Perempuan itu berbaring di atas kasur seraya bermain ponsel. Tampak serius mengirim pesan untuk seseorang. Pintu yang diketuk mengalihkan perhatiannya. Ia lantas beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ending
Teen Fiction"Kiss me." Arora menggeleng. "No." "Why?" "Karna..." Arora menggantung ucapannya, membuat Marshel mati penasaran. "Pipi kamu bekas bibir cewek lain." Arora Elania, remaja SMA tingkat akhir itu tidak pernah menyangka takdir akan mempertemukannya kemb...