12. Girlfriend?

9 2 0
                                    

Perasaan yang menguap,perlahan-lahan menjadi hujaman silet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaan yang menguap,
perlahan-lahan menjadi hujaman silet.
Membuat gelombang khayalan
tenggelam oleh lautan lara.

Never Ending

by Poetry Lune

Perempuan berambut panjang warna cokelat, mengenakan mini dress hitam tanpa lengan dibalut cardigan putih, menarik kopernya keluar dari Bandara Soekarno-Hatta. Suara hiruk-piruk menyapu telinganya berisik. Matanya terfokus ke arah laki-laki yang bersandar di pintu mobil.

"Bara!"

"Lauren," gumam Bara hampir terhuyung ke belakang saat perempuan itu menerjangnya dengan pelukan. Ia menepuk pelan punggung perempuan yang bernama Lauren.

"Lo apa kabar?" tanyanya saat melepas pelukan.

"Baik. Om sama Tante nggak ikut?" Lauren menggeleng.

"Oh iya, gue bolak-balik nelpon Marshel tapi nomornya nggak aktif. Ada masalah ya, sama dia?"

Bara hening sesaat. "Nanti gue ceritain di mobil." Meski kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan, akan tetapi Lauren menuruti laki-laki itu untuk masuk ke dalam mobil.

Sepanjang jalan belum ada yang membuka suara di antara mereka. Ia terus menunggu orang di sebelahnya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul tanpa diminta.

Lauren bersuara pelan. "Bara...."

Bara melihat perempuan itu sekilas. Menghela napas sebelum berkata. "Marshel kecelakaan, dia amnesia."

"A-apa?" Dahi Lauren mengkerut. Ada kegelisahan yang menyelimuti kedua mata itu. "Sekarang kondisinya gimana?"

"Baik-baik aja, tapi ingatannya belum balik." Tak ada lagi respon yang keluar dari perempuan yang duduk di sebelah Bara. Ia termenung, dengan otak berpikir keras.

Mobil hitam itu memasuki komplek perumahan mewah. Bara memarkirkan mobilnya di depan salah satu rumah. Mereka berdua lantas turun dari mobil dan masuk ke dalam. Di dalam, terlihat sang ibunda sedang memasak di dapur. 

"Ma," panggil Bara membuat wanita paruh baya itu menoleh. Binar kebahagiaan terpancar jelas di wajah ibunya ketika melihat perempuan yang datang bersama Bara.

"Lauren!" Maya memeluk keponakannya erat. "Apa kabar? Mama sama Papa sehat?" Lauren tertawa pelan mendengar pertanyaan beruntun dari tantenya. Ia mengangguk menjawab Maya. "Kamu sampai kapan di sini?"

"Sampe wisuda nanti, Tante. Abis ini Lauren balik ke Amerika lagi buat netap di sana bareng keluarga." 

Maya mengelus kepala belakang Lauren sayang. "Kamu pasti laper, 'kan? Tante baru aja selesai masak. Tapi beresin dulu barang-barang kamu." Beralih menatap anak laki-lakinya. "Bara, anter Lauren ke kamarnya sana!" 

Never EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang