15. Beautiful Night

7 3 0
                                    

🎶Can I go where you go?Can we always be this close forever and ever?And ah, take me out, and take me homeYou're my, my, my, my

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎶Can I go where you go?
Can we always be this close forever and ever?
And ah, take me out, and take me home
You're my, my, my, my
....🎶

-Lover, Taylor Swift-

Never Ending

by Poetry Lune

Senyum di wajahnya tak pernah pudar mendengar suara dari seseorang diseberang telepon. Jam istirahat ini ia pakai sebaik mungkin untuk bisa berkomunikasi dengan laki-laki itu. Bersembunyi dibelakang kafe yang sepi, hanya ditemani remangnya lampu jalan. Kesendirian, namun bukan kesepian. 

"Kalo kamu nggak dijemput pulang sama siapa?"

"Jalan kaki."

"Nggak pernah bawa motor?"

"Nggak pande."

Marshel tertawa pelan mendengar jawaban dari Arora. "Mau aku ajarin? "

Gadis itu terdiam. Kata-kata tadi, adalah kata-kata yang sama di masa lalu. Bisakah kali ini kata-kata itu menjadi nyata, bukan sekedar bualan saja? Ia mengangguk meski tahu sang lawan bicara tak bisa melihatnya. "Mau! Mau banget!"

"Ya udah, aku ke sana!" Marshel mematikan panggilannya sepihak. Membiarkan Arora yang terdiam kaget. Ia memakai hoodie berwarna biru yang tersampir pada kursi. Di bawah, ia melihat Airin sedang menonton di ruang keluarga. "Rin, gue pergi bentar!"

Airin hanya melihat sekilas. "Beliin gue pempek ya, Bang!"

"Oke!"

Sementara itu di Coffee Cozy, gadis berambut sebahu menyimpan kembali apron ke dalam lemari. Mengambil tasnya dan pergi ke toilet. Ia bercermin, merapikan sedikit rambutnya, mempoles bibir dengan BNB Lily Makes Luminous Glow Tint shade 01 Queen Bae, sebagai penutup ia memakai body lotion Careso Velvet Rose. 

"Ekhem!"

Arora menoleh mendapati Rena berdiri melipat tangan di depan dada. "Rapi bener. Mau ngedate?"

"Iya, hehe. Luan ya, Kak!" Rena hanya bisa menggelengkan kepalanya tak heran menatap kepergian Arora. Ia memilih untuk menunggu Marshel di kursi depan kafe. Jangan tanyakan bagaimana bahagianya ia saat ini melihatnya sejak tadi tak berhenti bersenandung. Bunyi deruman motor mengalihkan perhatiannya. Ia lantas berdiri mendapati Marshel yang berhenti tepat di depannya.

"Tumben kamu bawa motor matic?" tanya Arora menatap motor vario hitam.

"Tapi mau ngajarin kamu." 

Arora tersenyum malu-malu. "Oh iya." 

Marshel mematikan motornya terlebih dulu. "Coba bawa!" Memundurkan posisi duduknya ke belakang. Dengan ragu Arora naik ke atas motor. Meneliti setiap tombol di depannya bingung. 

Never EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang