Part 8

55 6 2
                                    

Emily's POV

Untung saja aku menyempatkan diri untuk melihat handphone-ku. Kalau tidak, aku tidak akan tahu kalau Sammy ingin keluar dari gedung ini lebih cepat. Aku kira, dia akan menonton beberapa pertunjukkan dulu.

"Gue duluan ya, dadah!" aku pamit pada teman-temanku. Sebenarnya aku masih ingin berada disini lebih lama, masih ingin merasakan euphoria bersama teman-temanku.

Fira menahanku. "Mau kemana, Mil? Kok buru-buru?"

Aku berhenti berjalan, menahan pintu dan menengok ke dalam ruangan. "Temen gue nungguin gue diluar, kasian kalo kelamaan."

"Oh gitu. Okedeh, take care, Emily!" balas Fira sambil melambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum dan menutup pintu, lalu berjalan meninggalkan ruangan VDC.

Tinggal sedikit lagi aku melangkah menuju pintu keluar, aku melupakan sesuatu. Botol minumku tertinggal disana. Botol minum yang membuatku bisa mengenal Sammy. Aku pun berbalik, ingin segera mengambil botol minumku sebelum hilang.

Tapi ternyata, yang aku temui bukanlah botol minumku. Ketika aku sudah dekat dengan ruangan VDC, aku tidak sengaja melihat Kak Lena berhenti berjalan. Ia membalikkan badannya. Aku langsung menyelinap ke dekat kardus-kardus besar yang ada disana.

Aku memicingkan mataku saat aku menangkap sosok lelaki yang aku kenal. Sangat-sangat ku kenali. Sammy berjalan mendekat kearah Kak Lena, sedangkan Kak Lena berjalan mundur perlahan. Sedetik kemudian mereka berhenti. Lalu terlihat wajah sendu Sammy, seakan ia sedang meminta maaf. Kak Lena tampaknya ingin pergi, namun Sammy memegang tangannya. Sayangnya, pegangan itu lepas terlalu cepat.

"Lo harus ngerti, Sam. Keadaan udah berubah, gue gak mungkin balik lagi sama lo. Kita udah di jalan kita masing-masing kan? Jadi sekarang biarin gue pergi, dan anggap aja lo gak pernah ketemu gue setelah kejadian itu." Terdengar dengan jelas apa yang dikatakan Kak Lena pada Sammy. Maksudnya untuk balik lagi sama Sammy apa ya?

"Mil, gue tau kalo kita udah hidup didunia kita sendiri. Yang gue harapin cuma satu kok, lo kasih penjelasan kenapa waktu itu lo pergi. Ilang. Seakan musnah ditelen bumi."

Tadi dia bilang 'Mil'? Apa Sammy salah sebut ya?

"Penjelasan apa lagi, Sammy? Alasan gue pergi karna kita gak cocok. Dan lo," Kak Lena menggantungkan kalimatnya, lalu berhenti sejenak. "Lo masih kecil dimata gue. Gue gak mungkin jalan sama yang lebih muda."

Kok semakin lama, aku semakin curiga. Sepertinya Sammy dan Kak Lena sudah kenal sejak lama.

"Terus, kalo lo anggap gue anak kecil, kenapa waktu itu lo terima gue? Kita bahkan udah beda sekolah. Lo udah SMA, sedangkan gue masih SMP. Tapi lo terima gue, Mil, lo tetep terima gue."

Apa yang aku dengar dari mulut Sammy terasa menyakitkan. Aku baru tahu kalau ternyata mereka pernah pacaran. Yang membuatku sakit bukan masa lalu mereka, tapi ucapan dan tatapan Sammy pada Kak Lena. Terlihat jelas kalau Sammy masih menyayangi Kak Lena, masih menyisakan ruang dihatinya untuk Kak Lena. Terus, aku ini apa? Semua perlakuannya padaku tidak berarti apa-apa?

Bukannya aku terlalu percaya diri, tapi aku pernah tidak sengaja mendengar pembicaraan Sammy dan Gilang di kantin.

"Lo yakin, Sam?" Gilang melontarkan pertanyaan pada Sammy, dan dijawab Sammy hanya dengan mengangkat bahu. "Kalo lo sendiri aja gak yakin, gimana lo mau yakinin Emil?"

Sammy terlihat menerawang sebentar. "Iya, Lang. Gue juga bingung nih, kalo gue nem –" omongan Sammy terpotong oleh Adit yang tiba-tiba datang. "Hey, Bro! Lagi pada ngomongin apa nih? Emily lagi?" tanya Adit tanpa mengecilkan volume suaranya.

Sunshine in Another SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang