Part 3

73 6 0
                                    

Alunan lagu 'A Thousand Years' milik Christina Perri terdengar lembut di dalam ruangan ini. Entah aku terlalu menghayatinya, atau memang lagu ini terlalu menggambarkan apa yang aku rasakan?


I have died everyday waiting for you

Darling don't be afraid I have loved you

For a thousand years, I love you for a thousand more


"Emil! Kenapa belum siap di posisi?" Kak Lena mencabut sambungan listrik speaker dan membuat lagu yang sedang kuhayati itu terhenti. Aku segera berdiri dan mengambil posisi awal untuk menari.

"Maaf, Kak! Gak sengaja."

Kak Lena yang menjabat sebagai leader dalam tim ini, menghembuskan napas pendek dan kembali memasang kabel speakernya. "Waktu tampil kita tinggal empat hari lagi ya semuanya! Kita gak boleh ngecewain Pak Bayu! Kalo beliau udah nunjuk kita untuk tampil di acara besar kayak gitu, berarti beliau udah percaya sama kita untuk membuat acara ini sukses. Untuk Emily, jangan diulangi lagi."

Semuanya mengangguk dan ku ikuti musik yang mengalun untuk memulai tarian ini. A Thousand Years.

Heart beats fast

Colors and promises

How to be brave

How can I love when I'm afraid to fall

But watching you stand alone

All of my doubt suddenly goes away somehow

One step closer


"Aw!" tiba-tiba kakiku terasa sakit. Musik langsung berhenti dan orang-orang menghampiriku.

"Lo kenapa, Mil?" Fira membungkuk untuk melihat keadaan kakiku.

"Kayaknya, gue keseleo deh!" aku meringis kesakitan. "Aduh....."

Kak Lena ikut berjongkok disamping Fira. Ia melihat keadaanku lalu berdiri lagi. "Kalian lanjutin aja latihannya, gue mau urut kakinya Emil dulu."

Perlahan-lahan semua bubar. Tim hip hop bersiap di posisi, sementara aku dibantu Kak Lena dan Fira berjalan ke pinggir ruangan. Kak Lena langsung mengambil minyak untuk mengurut kakiku, sedangkan Fira menaruh bantal di punggungku lalu pergi. "Abis ini tim gue mau latihan, gue tinggal ya!"

Aku mengangguk dan memaksakan ujung bibirku terangkat karena aku juga harus menahan sakit pada ototku.

Dengan sekali sentakan, Kak Lena menarik kakiku dan membuatku menjerit kesakitan. "Awww!!!"

"Udah baikan kan?" Kak Lena menutup botol minyak kemudian duduk disampingku.

Dia tidak berbohong. Kakiku menjadi lebih baik sekarang. "Iya, Kak! Makasih ya!"

"Sama-sama, Mil." Kak Lena berdiri dan melanjutkan ucapannya, "Kalo sampai lusa kaki lo belum sembuh juga, gue rasa tim soft dance gak bisa tampil lengkap."

"Maksudnya, Kak?" sambarku dengan firasat yang buruk.

Kak Lena membalikkan badan sebelum ia benar-benar kembali ke kerumunan. "Dari pada kaki lo makin parah nantinya, lebih baik lo gak tampil kan?"


-SIAS-


Malam ini adalah malam terberat buatku. Insiden keseleo di tempat latihan tadi membuatku tidak ingin melakukan apapun. Karena kejadian itu, aku terancam tidak bisa ikut tampil dalam acara yang selama ini aku impikan.

Menari di panggung dan disaksikan banyak orang sudah menjadi impianku sejak aku masuk kedalam 'Virginia Dance Crew'. Setelah bergabung dengan VDC dua setengah tahun lalu, aku benar-benar mencintainya. Dunia tari dan segala jenisnya. Aku memang lebih sering menarikan tarian dengan jenis soft dance, tapi VDC juga mengajarkanku untuk dapat menguasai teknik jenis tarian lainnya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar olehku. "Emil, udah makan belum? Kalo belum ayo sini makan sama Papa!"

Oh, ternyata Papa.

"Udah, Pa! Emil udah makan abis latihan tadi," aku membalas pertanyaan Papa tanpa mengubah posisiku diatas tempat tidur.

"Okedeh kalo udah makan, Papa makan ya! Jangan tidur malem-malem, Mil!" suara langkah Papa terdengar menjauh dari depan pintu kamarku.

"Iya, Pa." aku membalas dengan lesu. Cukup lesu sampai aku merasakan benda berwarna putih di sampingku bergetar.


Sammy: Besok ada tugas gak, Mil?

Oke, aku memang lemah malam ini. Tapi kalau untuk membalas chat dari Sammy, aku masih menyimpan kekuatan untuk melakukannya. Aku mengetik cepat sebelum akhirnya aku menyadari sesuatu.

Emily: Oh my God, Sam! Gue lupa beli kanvas buat besok!!!

Sammy: Serius lo, Mil? Tapi tugasnya bawa kanvas sama cat aja kan?

Emily: Gue serius, Sammy. Iya cuma itu aja kok. Gimana dong huhuhu:(

Sammy: Yaaah, lo gak bilang sih. Kalo lo bilang kan bisa gue beliin dulu tadi di toko buku!

Emily: Yaudahlah, mungkin emang gue lagi sial kali ya hari ini:(

Sammy: Masa gara-gara kanvas aja lo sial sih-_-

Emily: Lo gak tau apa-apa, Sam:') Liat besok aja deh ya, night.

Sammy: Good night juga Emily:)


Aku pun menaruh handphoneku diatas meja dan menarik selimutku, siap untuk bertemu Sammy dalam mimpiku.

Dan akan selalu jadi mimpiku.


----------------------

hai guys!

makasih ya udah baca sejauh ini;)  

minat kasih kritik dan saran? atau mau vote dan comment?

I hope you'll enjoy the next part, see you!

Sunshine in Another SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang