Author's POV
Sore ini, Sammy pulang ke rumahnya lebih cepat daripada biasanya. Jam masih menunjukkan jam empat lewat sepuluh, namun Sammy sudah berada di depan pintu kamarnya. Ia merasa Senin ini begitu berat untuk dilewati.
Seusai mengganti bajunya, Sammy berjalan menuju ranjang tidurnya dan merebahkan tubuhnya disana. Ia memandang langit-langit kamarnya dalam diam, tak sadar kalau ia membenamkan pikirannya pada sosok wanita yang ia temui hari Sabtu lalu.
Ia tidak pernah menyangka, kalau dirinya akan bertemu kembali dengan Milena, pelaku utama dari kisah lamanya. Ia bahkan tidak menyangka, kalau rasa yang mati-matian ia bunuh selama satu setengah tahun, kembali muncul sedikit demi sedikit ketika ia kembali dihadapkan dengan Milena. Ia tahu, Milena sudah melupakannya. Dari caranya memandang Sammy waktu itu, Milena benar-benar sudah menghapus Sammy dari kehidupannya.
"Disini gue yang salah, atau dia yang salah?" gumam Sammy pada dirinya sendiri, masih terus memandangi warna putih langit kamarnya yang sebenarnya tidak begitu menarik. "Gue yang terlalu bodoh untuk nembak kakak kelas yang lebih tua dua tahun dari gue, atau Milena yang terlalu jahat dengan ninggalin gue gitu aja?"
Sammy menjambak rambutnya frustasi, lalu mengacak-ngacaknya. "Bahkan, udah lewat satu setengah tahun, rasa itu masih bisa balik ke gue?"
Ia masih memikirkan tentang Milena, tiba-tiba ia teringat perkataan salah satu sahabatnya dulu. "Gue denger dia cuma taruhan sama temen-temen centilnya, Sam. Tapi gak tau juga deh, soalnya kan dia jarang main sama genk genit itu." Sammy benar-benar bingung sekarang.
Berinisiatif untuk melupakan masalah Milena, Sammy mengambil handphone-nya. Ia membuka chat di grup kelasnya dan membacanya perlahan, sampai ia berhenti saat membaca salah satu chat dari temannya. Emily.
"Gue harus tanya Emily."
Sammy: Mil, gue mau tanya sesuatu deh sama lo, boleh kan?
Sammy menunggu beberapa saat, ia tidak tahu apakah Emily sudah pulang atau belum. Yang jelas sebelum pulang, Emily dan Ditha masih duduk didepan kelas sedang menyantap jajanan mereka.
Ternyata, Emily membalas chat-nya tak lebih dari sepuluh menit.
Emily: Mau nanya apa, Sam?
Sammy: Lo kenal kak Lena yang waktu itu lo ceritain, sejak kapan?
Sementara di tempat lain, Emily yang baru saja duduk di bangku balkon rumahnya langsung menegang saat membuka balasan dari Sammy. Ia tidak menyangka, niatnya untuk bersantai akan dihancurkan dengan membahas sesuatu yang membuatnya gelisah.
Emily: Oh kak Lena yang temen dance gue? Yaaa sejak gue masuk VDC lah, kenapa emang?
Emily berpura-pura santai, tidak tahu apa-apa. Tapi jauh dalam hatinya, ia berharap Sammy menjelaskan semuanya sekarang juga.
Sammy: Gakpapa, Mil, gue cuma nanya :)
Emily tersenyum pias melihat balasan dari Sammy.
Emily: Ih jangan boong! Pasti ada sesuatu deeeh, iyakan?
Sammy: Gaada, apaansih, Mil.
Emily: Boong, Sammy tukang boong. Lo kenal dia dimana?
Sammy: Kok lo tau gue kenal dia?!?
Emily: Gue sih nebak aja gitu, kan gue punya jiwa-jiwa detektif :P
Sammy: Idih, pengen banget. Dia itu kakak kelas gue waktu SMP. Terus waktu gue liat dia ada di panggung bareng lo, gue tanya lo aja deeeh
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine in Another Sky
Teen FictionDisaat baru membuka kelopak mata pun, aku sudah tahu. Aku bukanlah orang yang pernah mengisi hatimu. Bukan orang yang pernah membuat perutmu seperti kupu-kupu yang berterbangan ketika kau melihatku, atau membuat jantungmu berdegup lebih kencang dari...