"Mil, nanti lo bisa nonton futsal kelas kita gak?" Sammy menghampiriku kemudian duduk di bangku yang ada disebelahku.
Aku mengalihkan pandanganku dari mangkuk bakso yang sejak tadi aku makan. "Pulang sekolah? Dimana? Gue lagi gak bawa motor, Sam."
"Di tempat biasa. Kan lo bisa nebeng sama gue, gimana sih."
Pulang sama Sammy. Aku memang sudah biasa dengan hal itu. Seperti sekarang, saat ia duduk disampingku dikantin.
"Oh iya ya. Kirain lo gak ada niat buat nebengin gue," aku menyeruput es teh lalu meliriknya.
"Mana mungkin sih gue lupa sama lo, Mil," katanya sambil menyenggolku. "Kita kan temen, masa gue sejahat itu sama temen sendiri."
Teman. Ya ya ya, gue tau kita emang cuma temen, Sam.
"Siapa tau lo lupa gitu kan, kalo gue temen lo yang selalu ngasih tau lo kalo ada PR, kerja kelompok, ngasih contekan," balasku sambil mencoba menghilangkan rasa kecewa setelah mendengar apa yang dikatakan Sammy tadi.
"Ssstt gak usah diumbar-umbar dong! Katanya temen, masa ngumbar-ngumbar aib."
Teman. Lagi.
"Ekhm, berduaan aja mas, mbak," sambar Ditha yang sedang berjalan bersama Vinka menuju meja yang aku duduki bersama Sammy.
Aku dan Sammy langsung menoleh, dan diam seketika saat mereka berdua duduk didepan kami.
"Hmmm kayaknya obrolan cewek nih," Sammy menyahut dan lekas berdiri. "Kalo gitu gue ke kelas aja deh, bye!"
"Bye!" balasku, Ditha dan Vinka bersamaan.
Ditha memakan siomaynya, Vinka memakan rotinya, dan aku meminum es tehku. Sampai akhirnya Ditha memecah keheningan diantara kami bertiga. "Makin deket aja lo, Mil, sama Sammy."
Hmmm, sepertinya sebentar lagi aku akan diintrogasi. "Deket gimana? Perasaan biasa aja deh, masih sama kayak dulu."
"Gimana ya? Gue ngerasa aja gitu kalian makin sering bareng. Makan bareng, ngerjain tugas bareng, pulang bareng, untung gak mandi bareng, hahahaha!" Ditha membalas santai.
"Heh omongan lo, Dith! Mungkin bentar lagi ada yang –" aku segera memotong ucapan Vinka.
"Sahabatan. Gue bakal naik level jadi sahabatnya."
"Yakin nih ceritanya bakal jadi sahabatnya?" tanya Ditha dengan mata yang mengerling nakal. Vinka juga ikut-ikutan memandangku dengan tatapan menyelidik.
"Iyalah, lagian apaan sih kalian? Mau juga?" aku membalas acuh tak acuh, walaupun aku tahu kemana arah pembicaraan ini.
Vinka tersenyum dan Ditha tertawa. Aku memutar bola mata dan diikuti bunyi bel masuk yang sudah berdering.
-SIAS-
Akhirnya pelajaran musik selesai juga. Setelah Bu Rika keluar dari kelas, anak-anak sibuk merapikan buku masing-masing dan ingin cepat-cepat keluar dari kelas ini. Sedangkan aku? Aku memasukkan buku dengan santai sambil tetap menggunakan headset-ku.
"Jadi nonton gak?" Sammy melepas sebelah headset-ku secara tiba-tiba dan menduduki bangku Vinka yang sudah kosong.
"Ih apaan sih lo main lepas headset gue gitu," aku menoleh sebal, lalu kembali memasukkan buku ke dalam tasku.
"Hehe, sorry. Abisnya nanti kalo gue ngomong tapi lo gak denger karna lagi denger lagu kan sama aja boong," Sammy terus memandangiku dan sepertinya menunggu aku yang masih memasukkan tempat pensilku dan menutupnya. "Mil, ikut kan?"
"Iya iya, gue nonton. Tenang aja kenapa sih," kini aku membalas menatapnya dan kami pun jadi saling pandang.
Duh jantungku.
"Sam, ayok!" aku tersentak dan mendapati Adit yang sedang menunggu Sammy. Begitupun Sammy yang langsung berdiri dan memakai tasnya.
"Ceweknya gue doang?" aku mencegah Sammy sebelum ia menuju ke parkiran.
"Ada Nissa kok, tenang aja kenapa sih?" Sammy tersenyum jahil karena ia mengulang apa yang aku katakan padanya tadi dengan nada yang sama, sedangkan aku hanya meliriknya kesal.
Ia kemudian tertawa. "Udah ya gue tunggu di parkiran cepet!"
Aku segera berdiri dan berlari menyusul Sammy ketika ku sadari kalau tinggal aku sendiri yang ada di dalam kelas.
-SIAS-
Hari yang cukup menyenangkan. Hampir setengah hari aku bisa bersama dengan Sammy. Entah mengapa aku merasa sangat nyaman jika aku bisa terus bersamanya.
Seperti tadi, saat aku dan dia sedang dalam perjalanan pulang dari tempat futsal. Ia mengajakku makan terlebih dahulu sebelum mengantarku pulang ke rumah. Walaupun aku makan bersama teman sekelasku yang semuanya laki-laki, aku tidak merasa asing karena Sammy ada didekatku.
Emily: Makasih ya tadi traktirannya.
Mengapa aku jadi tidak tahan untuk tak berkomunikasi dengannya?
Sammy: Iyaaa, kapan-kapan nonton lagi makanya!
Emily: Idih pengen banget sih!
Sammy: Mau gue traktir lagi gak? Hahaha!
Emily: Ya kan lo traktir gue gara-gara kelas kita menang. Kalo kalah lo mau traktir jugaaa?
Sammy: Weits! Jangan ragukan kemampuan seorang Sammy! Hahahaha!
Emily: Iya iya, gue tau kok. Eh iya lo bukannya sebentar lagi mau lomba nyanyi ya?
Sammy: Nah gitu dong! Iya bener kok, Mil. Kenapa emangnya?
Emily: Kok lo gak latihan sih sama Bu Rika?
Sammy: Latihan kok, tapi mulainya besok.
Tiba-tiba kepala Mama sudah ada di pintu kamarku. "Emil! Udah waktunya tidur ya!"
"Eh iya, Ma. Sebentar lagi Emil tidur kok!" aku menyembunyikan handphone di balik selimut sebelum Mama melihatnya. Aku melirik jam dinding dan ternyata sudah jam sepuluh.
"Bener ya? Jangan lama-lama, besok pagi susah lagi dibangunin!"
"Iya, Ma!"
Aku pun membalas chat dari Sammy,
Emily: Oh gitu. Okedeh, gue udah ngantuk. Sampai ketemu besok ya, good night.
Sammy: Night juga, Mil. Jangan mimpiin gue ya!
Tapi sayangnya, aku justru berharap kita bertemu lagi dalam mimpi, Sam.
-----------------------
hello readers!
kasih kritik dan saran yaaa, kalo suka vote dan comment juga hehe
thanks for reading;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine in Another Sky
Teen FictionDisaat baru membuka kelopak mata pun, aku sudah tahu. Aku bukanlah orang yang pernah mengisi hatimu. Bukan orang yang pernah membuat perutmu seperti kupu-kupu yang berterbangan ketika kau melihatku, atau membuat jantungmu berdegup lebih kencang dari...