Emily's POV
Latihan dance tadi malam membuat badanku pegal-pegal. Walaupun aku sudah memasuki dunia tari selama hampir tiga tahun, tapi kebiasaan ini tidak pernah hilang.
Minggu depan aku harus tampil dalam perayaan ulang tahun salah satu televisi swasta yang cukup ternama, jadi jam latihanku ditambah.
Kling kling kling. Oh teleponku berbunyi, tanda adanya pesan yang masuk. Dan aku tersenyum saat membaca nama sang pengirim.
Sammy.
Mil, hari ini ada kerja kelompok gak sih? Kalo enggak, gue mau pergi sama temen-temen gue nih.
Ya, seperti itulah Sammy. Hampir tiap hari ia mengirimiku pesan. Entah untuk menanyakan PR, kerja kelompok, atau hal lain yang berhubungan dengan sekolah. Walaupun awalnya kami memang membahas hal tersebut, tapi aku dan Sammy pasti melanjutkan chat kami dengan membicarakan hal-hal yang tidak penting.
Sammy, seseorang yang humoris.
Sammy, laki-laki yang tinggi, berhidung mancung, dan berkharisma.
Sammy, yang beberapa bulan lalu sudah dipandang sekolah karena suaranya yang khas dan mampu membuat semua wanita yang sedang melihatnya menyanyi menjadi lelehan es.
Sammy, yang pandai walaupun bukan peringkat 1 dikelasku.
Sammy, Sammy, Sammy.
Seketika aku tersenyum, betapa aku mengingat semua tentangnya. Dan senyumku bertambah lebar saat aku kembali ke masa lalu dimana aku berkenalan dengannya karena suatu insiden diawal masuk SMA dulu.
-SIAS-
"Ada yang liat botol minum warna biru motif bintang gak?" tanyaku pada teman-teman baruku yang kebetulan duduk didekat kumpulan botol minum anak kelasku yang hari ini sedang berolahraga. Setelah lari dua putaran ternyata membuatku haus juga.
Mereka menggeleng, menandakan bahwa mereka tidak tahu keberadaan botol biru yang baru saja aku tanyakan.
"Eh, ini punya siapa tadi? Gue abisin ya!" Tiba-tiba seorang cowok tinggi berdiri di belakangku dan memegang botol biru yang sangat aku kenali.
"Itu kan punya gue," kataku saat dia sibuk meneguk setengah air yang ada dalam botol minumku itu.
"Oh, ini punya lo? Hehe maaf ya tadi gue ambil aja, abisnya gue haus banget."
-SIAS-
Begitulah kami, dipertemukan dengan cara yang unik. Kadang aku juga tertawa jika mengingatnya, dan hal itu membuat Sammy langsung diam disaat aku mencoba mengungkitnya.
Tapi, aku sempat berpikir. Kalau waktu itu ia tidak mengambil botolku, apakah kami juga akan seperti ini?
----------------------
hello!
part 1 masih pendek yaaa, tunggu kelanjutan part selanjutnya
vote dan commentnya ditunggu;)
2662015
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine in Another Sky
Teen FictionDisaat baru membuka kelopak mata pun, aku sudah tahu. Aku bukanlah orang yang pernah mengisi hatimu. Bukan orang yang pernah membuat perutmu seperti kupu-kupu yang berterbangan ketika kau melihatku, atau membuat jantungmu berdegup lebih kencang dari...