Emily's POV
Aku memicingkan mataku saat melihat tubuh tinggi itu. Laki-laki dengan rambut ikal yang sangat aku kenali sedang berdiri diantara rak-rak buku dengan tubuh yang memunggungiku. Tampaknya ia sedang serius membaca sebuah buku disana.
Kemudian, seorang anak perempuan yang kira-kira berumur sembilan tahun menghampirinya. Ia mengucapkan beberapa kata, menggandeng tangan Sammy menuju ke sebuah rak. Sepertinya ia menunjukkan sebuah buku yang diminatinya.
Aku memperkirakan kalau anak perempuan yang tadi bersama Sammy adalah adiknya.
"Mil!" Dico menghampiriku. Sepertinya ia gelisah.
"Kenapa, Co? Kartunya gak ketemu?" tanyaku. "Eh, Diananya mana, Co?"
Dico memandangku kaget. "Loh bukannya tadi sama lo?"
"Dia kan gue suruh tunggu," aku mengedarkan pandangan kearah belakang Dico. "Disitu."
"Duh, jangan-jangan dia diculik!" Dico celingak-celinguk dengan pandangan ngeri.
"Jangan mikir kaya gitu dong, Co. Gue dipenjara dong nanti!" aku menggigit bibir, merasa bersalah atas kehilangan Diana. "Mending sekarang kita cari aja yuk!"
Dico dan aku bergegas menyusuri Timezone, mencari kemungkinan kalau Diana menyusul Dico saat ia sedang mencari kartu. Tapi hasilnya nihil.
"Gimana kalau kita mencar aja?" aku memberi ide.
"Iya deh. Gue cari dibawah, lo tetep di lantai ini ya! Kita ketemu disini lagi." Dico langsung pergi meninggalkanku yang masih panik.
Aku pun mencoba menelusuri tiap toko, berharap menemukan Diana ada disana.
Hampir setengah jam berputar di lantai itu, aku kembali untuk menunggu Dico di depan Timezone.
Hatiku mencelos saat melihat Dico seorang diri saja, tanpa ada Diana bersamanya. Bagaimana ini?
"Lo gak ketemu, Mil?" Aku menggelengkan kepala pelan. "Yaampun, dimana ya ini bocah," lanjut Dico.
"Maaf ya, Co. Gara-gara gue, Diana jadi ilang gini." Aku tertunduk takut. Apa yang harus aku katakan pada Tante Leny nanti jika Diana benar-benar tidak bisa ditemukan?
Dico memandangku. Hangat. Tatapannya masih sama seperti dulu.
"Jangan bilang kaya gitu dong, Mil, ini bukan salah lo kok." Dico tersenyum. "Diana emang gampang tertarik sama sesuatu. Makanya kalau jalan sama dia, harus siap capek karena diajak kesana-sini."
Aku membalas senyumnya. "Yaudah cari lagi yuk. Firasat gue, dia masih ada disini kok."
Aku dan Dico pun berdiri, mencoba sekali lagi untuk mencari Diana.
Sampai akhirnya, aku mendengar panggilan seorang anak perempuan. "Kak Emily!"
Aku menoleh, dan mendapati Diana sedang tersenyum kearahku.
Bersama seorang anak perempuan lain disampingnya, dan Sammy.
-SIAS-
Aku memandang Diana yang sedang sibuk menjilat es krimnya. Kadang ia tertawa bersama Cicha, adik Sammy.
Atas permintaan Diana dan Cicha, sekarang kami berlima sudah duduk di area foodcourt untuk menunggu mereka berdua menghabiskan es krim yang tadi dibelikan Sammy.
"Untung ada lo, Sam. Kalau engga, gue gak tau lagi deh gimana nasib gue ke depannya," ujar Dico sambil tersenyum pada Sammy. Ia lalu beralih padaku. "Ya gak, Mil?"
Ditanya mendadak seperti itu, membuat aku hanya menggumam pelan.
Sammy tertawa. Sudah berapa lama aku tidak melihatnya tertawa begitu dekat seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine in Another Sky
Teen FictionDisaat baru membuka kelopak mata pun, aku sudah tahu. Aku bukanlah orang yang pernah mengisi hatimu. Bukan orang yang pernah membuat perutmu seperti kupu-kupu yang berterbangan ketika kau melihatku, atau membuat jantungmu berdegup lebih kencang dari...