Liona memperhatikan gerak-gerik pria itu dengan seksama. Langkahnya mantap dan penampilannya terlihat normal, seolah hanya seorang akademisi biasa. Tapi Liona tahu lebih baik daripada itu. Tidak ada yang mencurigakan pada awalnya, hingga matanya tertuju pada sesuatu di lengan pria tersebut—sebuah tato kecil yang terlihat samar di balik lengan jasnya. Tato yang hanya akan dikenali oleh mereka yang memahami maknanya.
Liona memicingkan matanya, membaca dengan jelas tulisan kecil di sekitar tato tersebut. "The Rose."
Detik itu juga, mata Liona membelalak, darahnya mendidih. The Rose. Sebuah nama yang begitu familiar, bukan sekadar nama, tapi simbol yang pernah menjadi bagian dari jiwanya. The Rose adalah keluarga, tempat yang dulu ia sebut rumah. Keluarga Auristella, sebutan untuk kelompok yang pernah menjadi hidupnya sebelum semuanya berantakan. Bagaimana mungkin? Bagaimana tato itu bisa ada di sini, di lengan pria ini? Di tempat yang jauh dari masa lalunya? Liona merasa tubuhnya membeku, otaknya berputar liar. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Pikiran Liona mulai terpecah, semua memori dan perasaannya tentang The Rose menghantamnya sekaligus. Tidak mungkin ini kebetulan. Pria ini, dan tato itu—semua ini pasti bagian dari sesuatu yang lebih besar.
"Kamu yang di belakang, apa yang kamu lamunkan?" suara berat pria itu membuyarkan lamunannya. Semua mata di kelas kini tertuju padanya.
Liona tetap tak menjawab, tak ingin menunjukkan emosinya. Matanya perlahan-lahan beralih dari tato ke wajah pria itu. Rahangnya mengeras, amarah mulai menjalari dirinya. Pria itu mengangkat alis, menunggu respons, namun Liona tidak peduli.
Dia memalingkan pandangannya lagi ke tato itu, kini dengan perasaan berbeda. Bukan hanya kebingungan, tapi tekad kuat. The Rose adalah satu-satunya tempat yang pernah ia anggap rumah, dan sekarang simbol itu kembali menghantuinya. Apa pun artinya, dia tahu satu hal—dia harus merebut rumahnya kembali.
Dengan napas yang teratur tapi penuh dengan kemarahan terpendam, Liona mengencangkan genggamannya di sisi kursi. Tidak ada yang bisa menghentikannya, tidak kali ini.
The Rose miliknya, dan dia akan mengklaimnya lagi, apapun yang terjadi.
————————————
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.