Setelah misi mereka selesai, Shisui dan Sakura memutuskan untuk mampir ke sebuah kedai kecil di pinggiran desa untuk beristirahat. Udara malam yang sejuk membawa kedamaian setelah hari-hari yang penuh ketegangan. Mereka duduk di meja kayu sederhana di sudut kedai, memandang hiruk-pikuk desa yang mulai mereda.
“Aku akan memesan makanan dan minuman. Tunggu sebentar, ya?” kata Shisui sambil bangkit dari duduknya. Sakura mengangguk, tersenyum sambil memandang Shisui yang berjalan ke arah kasir untuk memesan.
Namun, tidak lama setelah Shisui pergi, seorang pria asing dengan pakaian agak lusuh tiba-tiba mendekati meja Sakura. Dia tersenyum licik, lalu dengan percaya diri menarik kursi dan duduk di depannya tanpa diundang.
“Hai, manis. Sendirian, ya?” ucap pria itu dengan nada genit, matanya menelusuri Sakura dari atas hingga ke bawah.
Sakura langsung merasa tidak nyaman. Dia duduk tegak, berusaha tetap tenang. “Aku sedang menunggu teman,” jawabnya dengan nada dingin, berharap pria itu mengerti isyarat untuk pergi.
Namun, pria itu justru semakin berani. “Ah, temanmu itu pasti tidak masalah kalau aku menemanimu sebentar. Kau terlalu cantik untuk duduk sendirian,” katanya, nadanya semakin genit dan matanya penuh dengan niat yang tidak baik.
Sakura menghela napas, mencoba mengabaikan pria itu, tapi dia tidak pergi. Tangan pria itu bahkan mulai bergerak ke arah meja, seolah ingin menyentuh tangan Sakura. Tepat saat Sakura hendak berdiri dan menegurnya, pria itu semakin mendekat.
“Dengar, aku tidak tertarik—”
Sebelum Sakura bisa menyelesaikan kalimatnya, sebuah tangan besar menepuk pundak pria itu dengan keras. Shisui telah kembali, dan wajahnya terlihat dingin serta penuh ketegasan. Tanpa kata-kata, Shisui menatap pria tersebut dengan tatapan yang cukup untuk membuat siapa pun merasa gentar.
“Temannya sudah datang,” ucap Shisui dengan suara rendah tapi tegas, menyiratkan ancaman yang tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.
Pria itu menelan ludah, tiba-tiba merasa gentar melihat aura mematikan yang memancar dari Shisui. “Ah, maaf, aku tidak tahu… Aku hanya—"
“Pergi,” potong Shisui tanpa membiarkan pria itu menyelesaikan kalimatnya.
Tanpa protes lebih lanjut, pria itu langsung berdiri dan bergegas pergi, merasa malu dan takut.
Setelah pria itu pergi, Shisui duduk kembali di hadapan Sakura, menghela napas. “Kau baik-baik saja?” tanyanya sambil menatapnya, kali ini dengan kekhawatiran di matanya.
Sakura mengangguk, tersenyum kecil. “Aku baik-baik saja. Terima kasih, Shisui-san,”
“Aku meninggalkanmu sebentar, dan lihat apa yang terjadi,” gumam Shisui, sedikit jengkel pada dirinya sendiri karena meninggalkan Sakura sendirian.
Sakura yang mendengar Shisui bergumam seperti itu pun terkekeh, "kau cemburu Shisui-san" tanya Sakura yang menggoda.
Shisui mendelik tajam dia memakan makanan yang sudah ia pesan, mengabaikan Sakura yang tertawa.
-----
"Kenapa kau tidak jujur saja kepada ku, siapa dirimu sebenarnya" ucap Sakura kepada Shisui, kini mereka berada dalam perjalanan pulang ke desa.
"Kau bicara apa si? Aku uchiha Shisui, kita bahkan berkenalan di hadapan ayah ku" sahut Shisui, matanya terus fokus kedepan sambil melompat setiap dahan pohon.
Sakura tertawa kecil, membuat Shisui sedikit kehilangan fokus.
"Aku tau kau adalah Anbu misterius yang selalu datang ke taman Senju setiap malam" ucap Sakura dengan lantang membuat Shisui yang sedang melompat pun membeku mendengar ucapan Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupefy (Shisui X Sakura)
ФанфикMalam yang indah yang menenangkan membuat Shisui tersenyum dan gembira, inilah yang selama ini ia cari, kebahagiaan ini yang ia maksud, kedamaian dan memulai kehidupannya, dengan wanita yang ia cintai, ya dia jatuh cinta, dirinya mengaku kalah, dia...